Senin 21 Dec 2020 19:45 WIB

Mereka yang Menaruh Harapan Besar kepada Komnas HAM

Komnas HAM diharapkan bekerja secara independen di kasus enam laskar FPI.

Dua komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara (kedua kanan), dan Aminudin (kanan) berbicara dengan polisi di sela pemeriksaan tiga mobil yang dikendarai polisi dan enam laskar FPI dalam kasus penembakan anggota FPI di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (21/12/2020). Setelah pemeriksaan terhadap tiga mobil yang digunakan saat kasus penembakan anggota FPI di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 tersebut, Komnas HAM akan menindaklanjuti hasil balistik, siapa saja yang menembak, dan cek darah dari anggota FPI.
Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA
Dua komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara (kedua kanan), dan Aminudin (kanan) berbicara dengan polisi di sela pemeriksaan tiga mobil yang dikendarai polisi dan enam laskar FPI dalam kasus penembakan anggota FPI di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (21/12/2020). Setelah pemeriksaan terhadap tiga mobil yang digunakan saat kasus penembakan anggota FPI di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 tersebut, Komnas HAM akan menindaklanjuti hasil balistik, siapa saja yang menembak, dan cek darah dari anggota FPI.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bambang Noroyono, Ali Mansur, Haura Hafizhah

Harapan besar sebagian kalangan akan terungkapnya fakta tewasnya enam laskar FPI setelah terlibat bentrok dengan polisi kini berada di pundak Komnas HAM. Lembaga yang kini tengah menggelar serangkaian pemeriksaan itu diharapkan tetap bisa bekerja secara independen.

Baca Juga

“Harapan kita bersama tentu saja, agar Komnas HAM dapat bekerja independen, dan tidak terpengaruh tekanan-tekanan dari pihak manapun. Sehingga bisa mengungkapkan fakta kebenaran yang sebenar-benarnya, dan adil,” kata Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif saat ditemui di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (21/12).

Slamet pada hari ini ikut datang ke kantor Komnas HAM, untuk mendampingi enam keluarga korban laskar FPI yang meninggal dunia ditembak polisi saat mengawal Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab, Senin (7/12) lalu. Slamet mengatakan, upaya Komnas HAM dalam mengungkap fakta dari kejadian sebenarnya, bukan cuma menjadi harapan keluarga para korban penembakan, tapi masyarakat Indonesia.

“Apa yang diharapkan oleh keluarga korban khususnya, dan masyarakat umumnya, agar Komnas HAM bisa menemukan eksekutor (pelaku penembakan), dan aktor intelektual di balik pembunuhan enam syuhada (anggota laskar FPI) ini,” terang Slamet.

Syuhada, salah satu ayah korban mengatakan, ia bersama lima keluarga lainnya menyerahkan bukti foto, dan dokumentasi video kondisi enam jenazah kepada Komnas HAM. Selain menyerahkan bukti-bukti visual kondisi fisik jenazah, mereka juga memberikan keterangan akan kondisi psikologis anggota keluarga pascakejadian.

“Tadi yang kami serahkan itu ada foto-foto, video jenazah, saat di RS Sukanto (RS Polri), lalu dibawa ke Petamburan, kemudian di foto-foto dan ada videonya, ketika sedang dimandikan. Itu (foto dan video) sudah diserahkan kepada Komnas HAM,” kata Syuhada, usai memeberikan keterangan di Komnas HAM, Jakarta, Senin (21/12).

Menurut Syuhada, dari dokumentasi visual tersebut, Komnas HAM dapat melihat sendiri kondisi fisik jenazah para pengawal Habib Rizieq Shihab tersebut. Bahkan, Syuhada menambahkan, jika tim pengungkapan Komnas HAM masih membutuhkan observasi langsung kondisi jenazah, keluarga bersedia memberikan izin, untuk melakukan autopsi ulang.

Karena kata dia, pihak kepolisian, sudah sepihak meminta RS Polri melakukan autopsi, tanpa persetujaun keluarga.

“Pihak keluarga tidak pernah memberikan izin kepada kepolisian untuk autopsi. Tetapi kalau Komnas HAM memang menghendaki seperti itu (dilakukan autopsi ulang), kami serahkan segala sesuatunya ke Komnas HAM saja,” kata Syuhada.

Syuhada adalah ayah Faiz Ahmad Sukur (22 tahun), salah satu enam pengawal HRS. Syuhada mengungkapkan, kondisi jenazah putranya saat dimandikan, sebelum dimakamkan, Rabu (9/12), terlihat sedikitnya ada tiga luka bolong yang diyakini berasal dari peluru tajam.

“Saat kami mandikan, barulah kami ketahui, kami melihat kebiadaban yang luar biasa. Anak saya, di sini (menunjukkan bagian leher atas sebelah kiri di bawah telinga), bolong, bekas jahatan. Saya tidak tahu itu bekas apa, bisa jadi itu bekas pelor masuk ke dalam. Kemudian dikeluarkan lagi saya tidak tahu,” terang Syuhada.

Di bagian dada sebelah kiri, kata Syuhada, juga ada luka bolong yang juga diduga bekas peluru tajam. Luka bolong lainnya, pada tubuh Faiz juga pada bagian lengan.

“Ini yang membuat kami sangat terpukul. Sudah melihat kondisi jenazah anak-anak kami, masih terjadi fitnah juga terhadap mereka,” kata Syuhada.

Mardani Ali Sera, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang turut mendampingi mengatakan, kedatangan para keluarga korban ke Komnas HAM tak lain sebagai respons warga negara untuk penegakan hukum dan keadilan. “Agar pengungkapan pembunuhan laskar FPI ini, terus berjalan dan mendapatkan keadilan,” kata Mardani.

Wakil Sekretaris Umum FPI Aziz Yanuar menambahkan terdapat berbagai keluhan keluarga yang disampaikan kepada Komnas HAM. Seperti perasaan tertekan dan teror yang dialami, antara lain akibat panggilan-pangilan polisi sehubungan dengan kasus yang diduga objeknya adalah para syuhada, ini sangat membuat keluarga syuhada tertekan.

"Kami harap Komnas HAM mengusut tuntas kasus tersebut. Lalu, telusuri siapa saja yang terlibat di balik semua kejadian ini. Sehingga kasus ini menjadi jelas dan aktor yang melakukan ini harus bertanggung jawab secara hukum," kata dia.

Komisioner Komnas HAM Mohamad Choirul Anam mengatakan, keterangan dari para keluarga korban, menambah kelengkapan fakta yang saat ini sedang dihimpun timnya. Menurutnya, segala informasi, dan permintaan keterangan, akan tetap dilakukan Komnas HAM, sebelum menyimpulkan peristiwa lengkap dugaan pelanggaran HAM tersebut.

“Kami sangat berterima kasih kepada keluarga korban atas keterbukaan, dan sikap kooperatif untuk memberikan informasi dan kesaksian,” ujar Anam.

Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara menegaskan, pihaknya terus melakukan investigasi kasus tewasnya enam Laskar FPI. Pihaknya berencana akan memanggil saksi dari Kepolisian yang terlibat dalam bentrokan dengan FPI di Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12) dini hari WIB.

"Pastinya itu kami akan memeriksa saksi dari polisi juga akan mendalami keterangan dari keluarga korban seperti tadi pagi keluarga korban dan kawan-kawan FPI telah datang ke Komnas HAM memberikan keterangan tambahan," ujar Beka di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (21/12).

Selain polisi yang terlibat dalam insiden berdarah itu, kata Beka, Tim Penyelidik dari Komnas HAM juga akan memeriksa polisi yang memeriksa mobil-mobil yang digunakan dalam bentrokan. Alasannya, Komnas HAM membutuhkan keterbukaan dari semua pihak, agar dapat membuat terang benderang dan supaya tidak ada spekulasi.

"Kenapa polisi banyak di situ? Tugasnya apa? Ini juga materi dari Komnas HAM," ungkap Beka.

Tim Penyelidik Komnas HAM juga akan memeriksa saksi-saksi dari FPI. Termasuk terhadap empat orang Laskar FPI yang diduga oleh polisi melarikan diri saat peristiwa berdarah itu terjadi. Kemudian jika pihak FPI masih memiliki saksi-saksi lain juga akan dilakukan pemeriksaan. Selain itu juga akan mendalami keterangan dari keluarga korban yang dilaporkan pada hari ini.

"Tentunya kami akan memeriksa lagi keterangan hari ini tadi pagi dengan keterangan sore ini (hasil pemeriksaan tiga unit mobil) untuk kemudian kami validasi lagi dan kami verifikasi lagi," ungkap Beka.

Dalam kesempatan itu, Beka memimpin Tim Penyelidikan Komnas HAM untuk memeriksa barang bukti tiga unit mobil yang terlibat bentrokan antara polisi dan FPI. Namun, Komnas HAM belum bisa memberikan kesimpulan terkait hasil dari pemeriksaan yang berlangsung di parkiran Resmob Polda Metro Jaya tersebut.

"Kami belum bisa menyimpulkan apakah keterangan yang disampaikan teman-teman kepolisian di Komnas HAM dengan sekarang ini identik atau tidak, karena butuh analisa lebih dalam lagi," kata Beka.

Lebih lanjut, Beka mengatakan, ada beberapa hal yang harus ditindaklanjuti setelah pemeriksaan tiga unit mobil tersebut. Salah satunya, terkait dengan hasil uji balistiknya, seperti apa terus siapa saja yang menembak. Sehingga pihaknya membutuhkan pendalaman termasuk juga cek darah dari anggota FPI tersebut.

"Siapa saja yang ada di sudut situ, sudut sini juga butuh pendalaman lagi. Kami juga berkomitmen dengan kawan-kawan untuk juga ada tindak lanjut pendalaman yang berkaitan dengan yang sudah saya sampaikan soal uji balistik dan uji darahnya," terang Beka.

Komnas HAM memeriksa tiga unit kendaraan, dengan rincian dua mobil Avanza warna silver dan satu mobil Chevrolet Spin warna hitam. Kaca depan salah satu mobil Avanza tampak retak dan sementara satu Avanza lainnya terdapat dua lubang seperti bekas peluru di bagian samping kanan.

Sementara satu unit Chevrolet Spin warna abu-abu gelap tampak rusak parah. Terlihat satu ban sebelah kiri sudah hancur tinggal menyisakan peleknya saja. Sayangnya awak media tidak berkenan untuk mendekat, sehingga tidak bisa secara mendetail kondisi mobil tersebut. Para penyilidik Komnas HAM memeriksa detail setiap bagian mobil, sembari mencatat hal yang dirasa penting sebagai bahan penyelidikan.

Dirtipidum Bareskrim Brigjen Polisi Andi Rian Djajadi menegaskan, pihaknya akan selalu kooperatif menanggapi permintaan Komnas HAM untuk menyelidiki kasus tewasnya enam Laskar FPI. Bahkan hari ini, Senin (21/12) pihaknya memenuhi permintaan Komnas HAM untuk memeriksa barang bukti tiga unit mobil.

"Saya selaku penyidikan terkait dugaan penyerangan petugas Polri oleh FPI, saya pastikan bahwa kami tim penyidik akan selalu dan tetap akan kooperatif dengan semua pihak," terang Andi Rian di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (21/12).

 

photo
Pasal yang Menjerat Habib Rizieq - (republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement