REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Angka Covid-19 di Kota Bekasi mulai mengalami kenaikan sejak pekan pertama November 2020 hingga hari ini. Jika kondisi ini terus berlangsung dalam waktu yang panjang, beberapa fasilitas Covid-19 di hulu hingga hilir cukup mengkhawatirkan.
Kekhawatiran ini terlontar dari Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dezy Syukrawati. Dezy mengatakan, dari sisi penanggulangan, pihaknya masih memiliki 30 ribu alat PCR-kit. Namun, dia pesimis alat itu dapat bertahan hingga Maret 2021 seperti yang seharusnya.
“Ini yang harus kita waspadai, 30 ribu alat itu ga akan sampai Maret kalau bertambah terus jumlah tracingnya,” jelas Dezy kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Dezy mengatakan, upaya pemkot dalam melakukan penanganan akan sia-sia jika tak dibarengi kesadaran warga akan pentingnya menjaga protokol kesehatan.
“Kota Bekasi kasus masih tinggi, yang diharapkan kesadaran dari warga Kota Bekasi, sulit kalau mengandalkan petugas saja. Itu yang kita harapkan,” terangnya.
Pemerintah Kota Bekasi memang cukup proaktif dalam melacak kasus Covid-19. Setidaknya, hal itu terlihat dari jumlah sampel tes usap yang diperiksa per pekan di wilayah ini.
Data yang didapat Republika memperlihatkan jumlah sampel yang dihimpun pemkot lebih dari 1 persen jumlah penduduk Kota Bekasi yang mencapai 2,4 juta jiwa. Di sisi lain, fasilitas isolasi di rumah sakit swasta, RSUD maupun di Rumah Sakit Darurat (RSD) Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, semakin penuh.
Kepala Bidang Layanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi, dr Rina Octavia, menuturkan, saat ini jumlah keterisian kasur di fasilitas isolasi telah mencapai 80,94 persen atau sebanyak 1.285 tempat tidur dari 1.589 kasur yang tersedia.
"Ada 1.285 tempat tidur yang terpakai, di RS se-Kota Bekasi 80,94 persen dan yang kosong 304 tempat tidur," jelasnya, Senin (21/12).
Rina merinci, dari jumlah fasilitas isolasi yang tersedia di wilayah tersebut, sudah 58 kasur yang terisi. Sehingga, yang fasilitas ICU yang tersisa tinggal 9 kasur saja. "Ketersediaan ICU ada 67, terisi 58 dan sisa 9 kasur," jelas dia.
Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Chasbullah Abdulmajid per Senin (21/12) jumlahnya mencapai 150 kasur, sedangkan di RSUD kelas D ada 60 kasur yang terpakai.
Kapasitas mendekati maksimal juga terjadi rumah sakit darurat Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi yakni sebanyak 52 pasien dari kapasitas maksimal 55 kasur.
Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Seluruh Indonesia (ARSSI) Kota Bekasi, Eko Nugroho, mengatakan, sejauh ini pihaknya masih menyanggupi kebutuhan fasilitas isolasi maupun ruang ICU.
Namun, apabila terjadi lonjakan kasus secara tiba-tiba dan masyarakat yang sakit banyak yang mengalami gejala berat, maka ruang ICU menjadi tidak dapat menampung.
"Misalnya tiba-tiba saat ini di masyarakat gejala berat makin banyak dan makin banyak membutuhkan ICU. Nah ini bisa kita bilang mungkin ICU saat tidak bisa menampung," jelas dia.
Di sisi lain, lanjut Eko, menambah ruang ICU tidak mudah. Menambah ruang ICU, kata dia, tidak hanya sekadar menambah fasilitas melainkan juga tenaga kesehatan.
"Tambah ICU tak semudah yang kita bayangkan. Tidak sekadar menyediakan tempat, yang paling susah menyediakan nakesnya yang bisa merawat pasien di ICU. Nakes kita SDM-nya yang menjadi pertimbangan kita kenapa tak bisa menambah," ungkapnya.
Kendati begitu, Eko mengaku belum ada rumah sakit swasta yang menolak pasien Covid-19 dengan alasan ruang isolasinya penuh. "Tidak ada (yang ditolak). Kita tetap terima, kalau pun penuh kita carikan rumah sakit rujukan yang kosong," ujarnya.