Senin 21 Dec 2020 23:09 WIB

Biden Terima Suntikan Vaksin Covid, Tayang Langsung di TV

Biden mendapatkan suntikan pertama untuk menunjukkan bahwa vaksin Covid aman.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Andri Saubani
Presiden terpilih Joe Biden pergi setelah berbicara pada rapat umum untuk kandidat Demokrat Georgia untuk Senat AS Raphael Warnock dan Jon Ossoff, Selasa, 15 Desember 2020, di Atlanta.
Foto: AP/Patrick Semansky
Presiden terpilih Joe Biden pergi setelah berbicara pada rapat umum untuk kandidat Demokrat Georgia untuk Senat AS Raphael Warnock dan Jon Ossoff, Selasa, 15 Desember 2020, di Atlanta.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden akan menerima dosis pertama vaksin virus corona pada Senin (21/12). Dia akan mendapat suntikan pertama dengan tayangan langsung ke siaran televisi.

"Saya tidak ingin menjadi yang terdepan, tetapi saya ingin memastikan kami menunjukkan kepada orang-orang Amerika bahwa tindakan itu aman untuk diambil," kata Biden tentang keputusannya.

Baca Juga

Sebelum Biden, Wakil Presiden AS, Mike Pence, Ketua DPR AS Nancy Pelosi, Pemimpin Senat Mitch McConnell, dan anggota parlemen lainnya telah diberi dosis pada Jumat (18/12). Mereka memilih untuk mempublikasikan proses penyuntikan vaksin sebagai bagian dari kampanye untuk meyakinkan warga AS bahwa vaksin itu aman dan efektif di tengah skeptisisme, terutama di kalangan Republik.

Wakil Presiden terpilih, Kamala Harris dan suaminya diharapkan menerima suntikan pertama mereka minggu depan. Namun, yang belum menunjukan keinginan tersebut adalah Presiden Donald Trump.

Trump, yang di masa lalu telah menyebarkan informasi yang salah tentang risiko vaksin, belum mengatakan waktu pasti akan mendapatkan suntikan. Dia berkicau di Twitter awal bulan ini bahwa "tidak dijadwalkan" untuk mengambilnya. Meski dia mengatakan berharap untuk melakukannya pada waktu yang tepat.

Gedung Putih mengatakan, dia masih mendiskusikan waktu dengan dokternya. Trump dirawat di rumah sakit karena Covid-19 pada Oktober dan diberi perawatan antibodi monoklonal eksperimental  dikreditkan untuk pemulihannya yang cepat. Dewan penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengatakan bahwa orang yang menerima pengobatan tersebut harus menunggu setidaknya 90 hari untuk divaksinasi untuk menghindari kemungkinan gangguan.

“Ketika waktunya tepat, saya yakin dia akan tetap bersedia menerimanya,” juru bicara Gedung Putih, Brian Morgenstern.

Tapi, sekretaris pers Gedung Putih, Kayleigh McEnany, memberikan penjelasan berbeda atas penundaan tersebut. Dia mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa Trump menahan, sebagian, untuk menunjukkan kepada warga AS bahwa prioritas pemerintah adalah yang paling rentan.

“Presiden ingin mengirim pesan paralel, yaitu, Anda tahu, penghuni fasilitas perawatan jangka panjang kami dan pekerja garis depan kami adalah yang terpenting, dan dia ingin memberi contoh dalam hal itu,” kata McEnany.

Komite Penasihat CDC untuk Praktik Imunisasi mengatakan, vaksin Pfizer-BioNTech, yang pertama menerima otorisasi untuk penggunaan di AS ini aman dan kemungkinan manjur untuk orang yang telah terinfeksi Covid-19. "Harus ditawarkan terlepas dari riwayat sebelumnya. Infeksi SARS-CoV-2 yang bergejala atau tanpa gejala," ujar komite tersebut.

Meskipun tidak ada waktu tunggu minimum yang direkomendasikan antara infeksi dan vaksinasi, komite mengatakan orang yang dites positif dalam 90 hari sebelumnya dapat menunda vaksinasi hingga mendekati akhir periode ini. Infeksi ulang jarang terjadi dalam tiga bulan setelah seseorang terinfeksi pertama kali.

Panel juga merekomendasikan bahwa mereka yang menerima pengobatan yang diambil Trump menunda vaksinasi setidaknya selama 90 hari. “Saat ini, tidak ada data tentang keamanan dan kemanjuran vaksinasi Pfizer-BioNTech Covid -19 pada orang yang menerima antibodi monoklonal atau plasma penyembuhan sebagai bagian dari pengobatan Covid-19,” tulis komite itu.

Ahli Bedah Umum Jerome Adams mengutip rekomendasi itu di CBS "Face the Nation" pada akhir pekan untuk penundaan vaksin Trump. “Dari segi ilmiah, saya akan mengingatkan masyarakat bahwa Presiden pernah terjangkit Covid dalam 90 hari terakhir. Dia menerima antibodi monoklonal. Dan itu sebenarnya satu skenario di mana kami memberitahu orang-orang mungkin Anda harus menunda mendapatkan vaksin, berbicara dengan penyedia kesehatan Anda untuk mengetahui waktu yang tepat," kata Adams.

Tetaapi, pakar penyakit menular terkemuka AS, Dr. Anthony Fauci, telah merekomendasikan agar Trump divaksinasi tanpa penundaan. “Meskipun presiden sendiri terinfeksi, dan dia kemungkinan besar memiliki antibodi yang kemungkinan besar akan melindungi, kami tidak yakin berapa lama perlindungan itu bertahan. Jadi, untuk lebih yakin, saya akan merekomendasikan agar dia divaksinasi,” katanya kepada ABC News

 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement