REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kepala Eksekutif BioNTech Ugur Sahin mengatakan dia yakin vaksin yang dikembangkan perusahaannya bersama Pfizer akan tetap efektif melawan varian baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. Kendati demikian, dia bakal tetap menyelidiki mutasi tersebut dalam beberapa hari mendatang.
Dalam wawancara dengan Bild TV pada Senin (21/12), Sahin mengungkapkan dia melihat masalah munculnya varian baru SARS-Cov-2 itu dengan hati-hati. Ia mengaku belum divaksinasi. Menurutnya, para karyawannya lebih layak diutamakan untuk memperoleh vaksin agar dapat terus melakukan pekerjaannya.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan belum ada bukti bahwa varian baru SARS-Cov-2 yang ditemukan di Inggris menyebabkan penyakit lebih parah atau kematian. "Apa yang kami pahami sejauh ini dari data yang telah dilaporkan oleh Inggris bahwa mereka melaporkan ada peningkatan penularan akibat varian ini. Tapi sejauh ini tidak ada bukti bahwa hal itu lebih mungkin menyebabkan penyakit parah atau kematian," ucapnya.
Menurut Ghebreyesus, yang terpenting dilakukan saat ini adalah terus menekan penyebaran virus corona. "Semakin kita membiarkannya menyebar, semakin besar kesempatan untuk berubah,” ujarnya.
Menurut kelompok peneliti pemerintah Inggris, New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG), varian SARS-Cov-2 yang ditemukan di negara tersebut memiliki kecenderungan menginfeksi anak-anak. "Ada petunjuk bahwa ia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menginfeksi anak-anak," kata anggota NERVTAG yang juga ahli epidemiologi penyakit menular di Imperial College London Neil Ferguson.
Ferguson mengatakan NERVTAG belum bisa menetapkan kausalitas apa pun tentang hal tersebut. Namun, mereka dapat melihatnya di data. "Kami perlu mengumpulkan lebih banyak data untuk melihat bagaimana perilakunya di masa mendatang," ucapnya.
Anggota NERVTAG yang juga spesialis virologi di Imperial College London Wendy Barclay menjelaskan di antara mutasi pada varian baru adalah perubahan cara ia memasuki sel manusia. Dengan demikian, anak-anak mungkin sama rentannya terhadap virus itu seperti orang dewasa.
"Oleh karena itu, dengan pola pencampuran mereka, Anda akan melihat lebih banyak anak yang terinfeksi," ujar Barclay.
Inggris telah menamakan varian baru SARS-Cov-2 yang ditemukannya sebagai VUI202012/01. VUI adalah singkatan dari Variant Under Investigation. Lebih dari 40 negara telah memutuskan menerapkan larangan penerbangan atau perjalanan dari dan ke Inggris.