REPUBLIKA.CO.ID, OTAWWA -- Pemerintah Kanada akan memberikan bantuan sebesar 70 juta dolar AS atau atau hampir Rp 1 triliun kepada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Dana bakal disalurkan secara bertahap selama tiga tahun.
"Dukungan ini akan membantu menanggapi meningkatnya kebutuhan pengungsi Palestina yang rentan di lima wilayah operasi UNRWA (Tepi Barat, Gaza, Suriah, Lebanon dan Yordania)," kata Kementerian Luar Negeri Kanada dalam sebuah pernyataan pada Senin (21/12), dikutip laman Times of Israel.
Menurut Kanada, bantuan dana tersebut akan memungkinkan lebih dari setengah juta anak-anak pengungsi Palestina menerima pendidikan berkualitas. Selain itu, dana itu dapat membantu membiayai 140 klinik kesehatan dasar serta menyediakan tempat tinggal dan makanan bagi para pengungsi.
“Kebutuhan pengungsi Palestina tidak dapat disangkal, terutama selama pandemi global: Mereka menghadapi tingkat kemiskinan yang tinggi, ketidakamanan pangan dan pengangguran,” kata Menteri Pembangunan Internasional Kanada Karina Gould.
Pada 2016-2019, Kanada mengucurkan dana sekitar 85 juta dolar AS untuk UNRWA. Pada April lalu, negara tersebut pun memberi sumbangan sebesar satu juta dolar AS kepada Palestina untuk keperluan penanganan pandemi Covid-19.
Israel telah lama mendorong penutupan UNRWA. Menurutnya badan tersebut membantu melanggengkan konflik dengan Palestina. Israel mengkritik metode UNRWA yang turut menghitung keturunan pengungsi sebagai bagian dari pengungsi Palestina.
UNRWA menghadapi krisis finansial sejak Amerika Serikat (AS) menghentikan donor rutinnya untuk badan tersebut pada 2018. Washington merupakan penyumbang terbesar UNRWA dengan rata-rata kontribusi 300 juta dolar AS per tahun.
Pada Juli lalu, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan saat ini badan yang dipimpinnya mengalami kesenjangan pendanaan sebesar 335 juta dolar AS. “Kami berada dalam kegelapan dan saya tidak tahu apakah kami akan dapat melanjutkan operasi UNRWA sampai akhir tahun ini,” kata dia, dikutip laman kantor berita Palestina WAFA.
Lazzarini mengatakan, selama lima tahun terakhir, kecuali pada 2018, UNRWA belum memiliki sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pengungsi Palestina. Padahal UNRWA telah melakukan efisiensi dan penghematan anggaran. Sejak 2015, UNRWA berhasil menghemat dana sebesar setengah miliar dolar AS atau rata-rata 100 juta dolar per tahun.
Meskipun melakukan penghematan dan efisiensi, UNRWA tetap mempertahankan layanan atau program inti untuk pengungsi Palestina. Hal itu pada akhirnya menimbulkan dampak tersendiri. Menurut Lazzarini, tak mungkin lagi menjalankan organisasi seperti UNRWA yang memiliki hampir 30 ribu staf ketika arus kasnya sangat rendah dan sumber kontribusi tidak jelas. “Tahun demi tahun, bulan demi bulan, UNRWA berada di tepi kehancuran finansial. Ini tak dapat dilanjutkan,” ujarnya.