REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Jelang malam tahun baru 2021, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor belum mengeluarkan imbauan atau larangan resmi terkait penjualan terompet. Seperti halnya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, yang disampaikan oleh Bupati Bogor, Ade Munawaroh Yasin melalui surat Seruan Bupati.
Sebab, risiko penularan Covid-19 melalui terompet sangat besar. Apalagi jika terompet tersebut sudah dicoba lebih dulu oleh para penjualnya. Meski demikian, di tengah pandemi Covid-19 ini, Pemkot Bogor sudah melarang masyarakat, maupun para pemilik usaha untuk mengadakan acara perayaan tahun baru. Baik di dalam ruangan, maupun di luar ruangan.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim ketika dikonfirmasi perihal penjualan terompet di Kota Bogor. “Sebenarnya sih lebih ke imbauan. Intinya, kita sudah melarang adanya pesta perayaan tahun baru,” ujar mantan pejabat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini.
Selain melarang perayaan pergantian tahun, nantinya Pemkot Bogor juga akan membuat beberapa keputusan baru. Terkait dengan libur natal dan tahun baru 2021, sekaligus tentang pembatasan aktivitas warga.
Keputusan itu akan dibuat setelah rapat evaluasi Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK) pada 22 Desember. Seiring dengan adanya larangan perayaan tahun baru di Kota Bogor, suasana di Jalan Ciremai, Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor tampak sepi.
Diketahui, di beberapa gang yang terdapat di Jalan Ciremai, ada sejumlah pengrajin terompet yang kerap membuat pesanan terompet. Terutama menjelang tahun baru.
Biasanya, para pengrajin terompet yang kebanyakan berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur itu merakit terompet-terompet buatannya di rumah kontrakan mereka, yang terletak di Gang Cempaka, Jalan Ciremai.
Di deretan kontrakan bertembok hijau itu sejumlah pengrajin terompet tinggal di sana. Namun, kali ini, deretan rumah kontrakan tersebut tampak sepi dengan pintu yang tertutup rapat.
“Enggak ada lagi, pada pulang kampung ke Jawa,” ujar seorang wanita paruh baya yang ditemui Republika di kawasan kontrakan para pengrajin terompet.
Wanita tersebut mengatakan, selain membuat terompet jelang tahun baru, para pengrajin terompet tersebut biasanya menjual mainan anak-anak. Namun, selama pandemi Covid-19, mereka tak lagi tampak dan satu per satu kembali ke kampung halamannya masing-masing.
Biasanya, saat masa pembuatan terompet, dari luar tampak terlihat terompet dengan berbagai bentuk digantung. “Biasanya emang ada, tapi sekarang udah nggak kelihatan lagi,” lanjutnya.
Selain di Gang Cempaka, di Gang Melati, Jalan Ciremai juga diketahui terdapat sejumlah pedagang mainan yang juga membuat terompet. Salah seorang di antaranya, seorang wanita yang biasa disebut sebagai Dede (40 tahun), merupakan salah satu pembuat terompet yang berhenti memproduksi terompet pada tahun ini.
“Saya juga biasa dagang mainan sama bikin terompet. Tapi tahun ini enggak,” ujarnya sambil menggelengkan kepalanya.
“Lagian pada nggak tahun baruan, siapa yang mau beli? Makanya saya nggak bikin,” lanjutnya singkat.
Selain rumah para pengrajin terompet yang tampak sepi, di sisi jalan raya sekitar Kota Bogor belum tampak ada pedagang terompet. Seperti di Jalan Sudirman, Jalan Pajajaran, dan Jalan Suryakencana. Namun, tidak diketahui apakah mereka belum berjualan atau tidak berjualan sama sekali.