Rabu 23 Dec 2020 04:23 WIB

Mengenal Cara Pembuatan Kalender Suku Maya

Suku Maya mengembangkan sistem ketepatan waktu berdasarkan perhitungan astronomi.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
Matahari terbit di belakang kuil Kukulkan di reruntuhan kota suku Maya di Chichen Itza, Meksiko
Foto: AP
Matahari terbit di belakang kuil Kukulkan di reruntuhan kota suku Maya di Chichen Itza, Meksiko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delapan tahun lalu, dunia seharusnya berakhir. Itulah yang diyakini oleh beberapa penafsir kalender Maya kuno. Mereka mencatat kalau kalender hitung panjang Maya sepertinya kehabisan hari dan akan berakhir pada 21 Desember 2012.

Dilansir dari discovermagazine.com, obsesi terhadap kalender Maya dan hari kiamat masuk akal dari satu perspektif.  Bagaimanapun, perayaan keagamaan Maya sangat bergantung pada kalender mereka yang luar biasa akurat. Bagaimana suku Maya membuat kalender semacam itu?

Baca Juga

Suku Maya mengembangkan sistem ketepatan waktu terperinci yang sebagian besar didasarkan pada pengukuran astronomi. Perhitungan itu memungkinkan mereka mengatur waktu peristiwa pertanian, perayaan keagamaan, dan lainnya.

Kalender mereka yang sangat rinci telah menarik minat arkeologis selama beberapa dekade. Kalender itu terjalin erat dengan agama dan kosmologi mereka, memberinya aura wawasan mistis yang bergema hari ini. 

Meskipun kelihatannya spiritual, asal mula sebenarnya dari kalender tersebut berakar kuat pada sains. Suku Maya adalah astronom yang sangat baik. Mereka mendirikan seluruh bangunan untuk dijadikan observatorium dan membuat tabel terperinci yang mengatalogkan pergerakan bulan, Mars dan planet lain.  

Perhitungan astronomi Maya bahkan secara akurat menentukan tanggal gerhana matahari 1991.  Pengamatan seperti ini menjadi dasar kalender mereka jam langit memberikan alat yang cukup akurat untuk mengukur perjalanan waktu.

Suku Maya menggunakan beberapa kalender yang saling terkait, meskipun kemungkinan besar bukan mereka yang menemukannya.  Ada kemiripan yang kuat antara kalender Maya dan kalender yang digunakan oleh peradaban Amerika Tengah yang lebih tua seperti Olmec. Maya tampaknya hanya memperluas ini.

Maya menggunakan dua kalender terpisah yang menghitung hari, haab dan tzolk'in. Yang terakhir adalah istilah yang diberikan oleh arkeolog modern pada kalender. Maya menggunakan beberapa nama berbeda untuk itu. Haab terdiri dari 18 bulan masing-masing 20 hari dengan bulan lain lima hari disebut Wayab dengan total 365 hari.  

Wayab dianggap sebagai waktu yang berbahaya. Suku Maya akan memberikan persembahan serta melakukan perayaan keagamaan untuk menangkal nasib buruk.

Tzolkin memiliki 260 hari dan terdiri dari 20 hari bernama dan 13 angka dengan setiap kombinasi nama dan nomor muncul satu kali. Suku Maya masih menggunakan dua kalender ini hingga hari ini untuk memandu musim pertanian mereka dan untuk menentukan waktu perayaan keagamaan. Anggota budaya mereka telah menghitung hari selama lebih dari dua ribu tahun.

Kalender haab dan tzolk'in digunakan bersama untuk membuat siklus yang disebut Putaran Kalender, yang berlangsung sekitar 52 tahun, atau 18.980 hari.  Angka itu adalah kelipatan persekutuan terkecil dari 260 dan 365, atau titik pertama di mana kedua kalender bertemu.  Setelah satu Putaran Kalender selesai, putaran lain dimulai.

Haab dan tzolk yang saling terkait berulang setiap 52 tahun. Suku Maya membutuhkan cara lain untuk melacak periode waktu yang lebih lama.  Hal ini membuat mereka mengembangkan sistem pengatur waktu yang benar-benar terpisah penghitungan panjang.

Suku Maya membiasakan menulis tanggal, yang diukur dengan hitungan panjang di banyak prasasti mereka.  Karena alasan ini, para arkeolog dapat mengetahui dengan tepat kapan peristiwa penting terjadi di dunia Maya. 

Arkeolog Clive Ruggles mengatakan penemuan seperti ini mengungkapkan signifikansi yang lebih luas dari penggunaan kalender Maya. Sehingga menciptakan blok waktu yang begitu lama, memungkinkan Maya memahami sejarah dalam skala besar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement