Rabu 23 Dec 2020 10:17 WIB

Antrean Rapid Test Antigen Mengular di Stasiun Gubeng

Untuk mendapat nomor antrean, penumpang harus rela berdiri sekitar dua jam.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Dwi Murdaningsih
Antrean calon penumpang kereta api yang akan menjalani rapid test antigen di Stasiun Gubeng, Surabaya,  Rabu (23/12).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Antrean calon penumpang kereta api yang akan menjalani rapid test antigen di Stasiun Gubeng, Surabaya, Rabu (23/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Antrean para pemburu surat rapid test antigen terlihat memanjang di Stasiun Surabaya Gubeng, Rabu (23/12). Para calon penumpang bahkan rela mengantre sejak pukul 06.00 WIB, meskipun layanan baru dibuka pukul 07.00 WIB.

Calon penumpang memang diharuskan mengikuti barisan yang telah disediakan, untuk mendapat nomor antrean. Untuk mendapat nomor antrean saja, mereka harus rela berdiri sekitar dua jam, bahkan lebih.

Baca Juga

Setelah mendapat nomor antrean, perjuangan belum berakhir. Mereka masih harus mengantre panggilan dari petugas medis yang melaksanakan rapid test.

Lama menunggu bisa lebih dari satu jam. Itu pun masih belum akhir. Para penumpang kembali harus menunggu hasil rapid test mereka keluar, yang membutuhkan waktu sekitar dua jam.

Meski harus melewati antrean panjang, sepertinya tidak menjadi kendala bagi para calon penumpang untuk bisa pulang kampung dan berkumpul bersama keluarga, saat libur natal 2020 dan tahun baru 2021. Dani (45) contohnya, warga Tasik Malaya ini bahkan sudah dua hari berturut-turut datang ke stasiun demi mengantre rapid test antigen.

"Kemarin udah ke sini tapi penuh. Sekarang juga ngantre. Kalau ternyata gak memungkinkan nanti (rapid test) ke klinik aja," ujar Dani kepada Republika.co.id.

Bukan tanpa alasan Dani rela menjalani antrean panjang di Stasiun Gubeng. Itu tak lain karena tarif rapid test antigen di sana jauh lebih murah dibanding klinik atau rumah sakit. Dani mengaku sudah mengunjungi beberapa klinik untuk membandingkan harga rapid test antigen. Harganya bervariasi. Mulai Rp 250 ribu hingga Rp 400 ribu. Sedangkan di stasiun Rp 105 ribu.

"Kalau di klinik itu kan Rp 400 ribuan. Ada yang murah kemarin di Jalan Nias itu cuma Rp 280 ribu. Ada juga di Pandegiling itu Rp 250 ribu. Antrenya juga panjang," ujarnya.

Penumpang lainnya, Anjar (28) juga menyatakan tidak keberatan meski jarus mengikuti antrean panjang demi mendapatkan surat rapid test antigen. Menurutnya wajar mengantre panjang karena harganya yang terbilang murah. Apalagi menjalani rapid test antigen di stasiun bisa sekalian berangkat pulang.

"Jadi kan nggak harus bolak-balik karena kan bisa sejalanan sekalian pulang," kata Anjar.

Sebelumnya, Manager Humas PT KAI Daop 8 Surabaya Suprapto memang mengungkapkan mulai adanya lonjakan penumpang kereta api yang naik dari wilayah Daop 8 Surabaya memasuki masa natal 2020 dan tahun baru 2021. Suprapto mengungkapkan, kenaikkan penumpang tersebut tercatat mulai 18 Desember 2020.

Rata-rata penumpang di wilayah Daop 8 Surabaya mulai 18 Desember 2020 berada di angka 15 ribu. Sementara mulai 1 hingga 15 Desember 2020 rata-rata penumpang harian berkisar antara 10 ribu hingga 13 ribu penumpang.

"Pada 18 Desember 2020 ada 14.512 orang, 19 Desember 2020 ada 15.351 orang, 20 Desember 2020 ada 15.497 orang, 21 Desember 2020 ada 14.143 orang dan 22 Desember 2020 mencapai 15.000 orang," ujar Suprapto.

Suprapto menjelaskan, selama masa libur Nataru, PT KAI Daop 8 Surabaya mengoperasikan 30 Perjalanan kereta api jarak menengah/ jauh dan 46 perjalanan kereta api Lokal. Adapun rute tujuan favorit selama masa Nataru untuk kereta api jarak menengah/ jauh adalah menuju ke arah Jakarta, Bandung, dan Banyuwangi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement