Rabu 23 Dec 2020 16:19 WIB

Biden Salahkan Trump yang Dianggap Remehkan Serangan Siber

Biden menyebut serangan siber merupakan risiko besar bagi keamanan nasional.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Biden Salahkan Trump yang Dianggap Remehkan Serangan Siber. Presiden terpilih Joe Biden berbicara di The Queen Theatre di Wilmington, Del., Selasa, 22 Des 2020.
Foto: AP/Carolyn Kaster
Biden Salahkan Trump yang Dianggap Remehkan Serangan Siber. Presiden terpilih Joe Biden berbicara di The Queen Theatre di Wilmington, Del., Selasa, 22 Des 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan serangan siber yang terjadi baru-baru ini di sejumlah komputer instansi pemerintahan telah membahayakan keamanan nasional. Ia menegaskan, insiden semacam ini tidak akan dibiarkan saat dirinya telah secara resmi menjabat sebagai pemimpin negara itu. 

"Serangan ini merupakan risiko besar bagi keamanan nasional kami," ujar Biden dalam sebuah pernyataan saat konferensi pers di Wilmington, Delaware, dilansir Aljazirah, Rabu (23/12).

Baca Juga

Dalam pernyataan itu, Biden menyalahkan Presiden AS Donald Trump yang dinilai telah meremehkan peretasan dan gagal menghubungkannya dengan Rusia. Ia mengatakan nampaknya Trump tidak memantau dengan jelas serangan dunia maya yang terjadi dan membiarkannya berlalu begitu saja. 

Sebelumnya, sejumlah pejabat AS menyalahkan peretas Rusia atas serangan siber tersebut. Mereka juga khawatir negara ini telah kehilangan rahasia penting, sekaligus juga terkena peretasan di masa depan yang dapat mematikan jaringan komputer utama badan pemerintahan hingga sistem senjata.

Presiden Rusia Vladimir Putin membantah keterlibatan negaranya dalam serangan siber yang terjadi. Pembobolan data, yang dilaporkan menyusup ke lebih dari 40 agen federal dan tidak terdeteksi selama berbulan-bulan, pertama kali dilaporkan oleh Reuters dan surat kabar The Washington Post pada 13 Desember.

Menurut Biden, serangan direncanakan dengan hati-hati menggunakan peralatan siber yang canggih sehingga membuat AS lengah dan tidak siap. Badan intelijen saat ini sedang berjuang menentukan kerusakan dan telah meminta dana dari Kongres untuk mengatasi masalah tersebut.

“Kami tidak bisa membiarkan ini tidak terjawab. Itu berarti memperjelas dan secara terbuka siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu dan mengambil langkah-langkah yang berarti untuk meminta pertanggungjawaban mereka,” jelas Biden. 

Biden, yang akan secara resmi menjabat sebagai presiden AS pada 20 Januari 2021 mengatakan akan meminta pertanggungjawaban pada mereka yang melakukan spionase dunia maya. Ia mengharapkan dukungan di Kongres AS untuk setiap tindakan yang mungkin diambilnya atas masalah seperti ini.

Sebelumnya Trump mengatakan peretasan yang terjadi kurang signifikan daripada yang dilaporkan oleh media. Ia juga menegaskan semuanya terkendali dengan baik.

Trump kemudian mengatakan peretas kemungkinan berasal dari China, bukan Rusia. Meski demikian, tak ada bukti jelas yang ditunjukkan atas dugaan ini.

https://www.aljazeera.com/news/2020/12/22/biden-blames-trump-for-downplaying-cyberattack-on-us-government

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement