REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sebanyak 20 unit bus Batik Solo Trans (BST) bakal diuji coba melintasi Jalan Slamet Riyadi secara melawan arus (contra flow) mulai Kamis (24/12). Dalam uji coba layanan koridor 1 dengan skema pembelian layanan (buy the service) tersebut masyarakat tidak perlu membayar alias gratis sampai akhir tahun.
Sebelumnya, skema buy the service sudah diberlakukan untuk layanan BST koridor 3 dan 4 mulai awal Juli 2020. Kemudian, uji coba koridor 2 sudah dilaksanakan mulai 20 Desember 2020.
Koridor 1 melayani rute Terminal Palur sampai Bandara Adi Soemarmo, dengan melintasi Balai Kota dan Jalan Slamet Riyadi secara contra flow. Selama ini, Jalan Slamet Riyadi merupakan jalur searah mulai dari simpang Gendengan ke timur sampai bundaran Gladak.
Sedangkan koridor 2 melayani rute Terminal Palur sampai dengan Sub Terminal Kerten melalui Stasiun Solo Balapan. Uniknya, armada bus yang beroperasi pada koridor 1 dan 2 berwarna merah. Berbeda dengan bus-bus BST sebelumnya yang berwarna biru.
Kasi Angkutan Orang Dinas Perhubungan Kota Solo, Dwi Sugiharso, mengatakan, uji coba koridor 1 besok sebanyak 20 unit dari total armada yang akan dioperasional 27 unit. Sedangkan BST koridor 2 operasionalnya sebanyak 14 unit.
"Yang membedakan nanti, koridor 1 ada contra flow dari Gladak sampai simpang Gendengan," ucap Dwi kepada wartawan, Rabu (23/12).
Sementara ini, armada bus koridor 1 dan 2 akan melewati overpass Manahan sampai dengan jalan layang (flyover) Purwosari resmi dibuka untuk umum.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Solo, Hari Prihatno, mengatakan, uji coba layanan bus secara contra flow perlu ketelitian supaya masyarakat membiasakan diri. Sebab, setelah flyover Purwosari nanti dibuka, maka jumlah kendaraan dari barat ke timur dipastikan semakin banyak.
"Tanggal 24 besok uji coba, kemudian 29 Desember direncanakan launching koridor 1 dan 2 ditambah angkutan pengumpan (feeder) di Balai Kota," kata Hari.
Hari mengungkapkan, biaya naik BST masih gratia rencananya sampai akhir tahun. Menurutnya, Kementerian Perhubungan akan mengkaji, karena setiap kota yang menerapkan layanan buy the service masing-masing berbeda tarifnya, di antaranya, Denpasar, Yogyakarta, Medan, Palembang, dan Solo.
"Solo ada kajian tersendiri. Kami berharap ya mungkin bayarnya tidak terlalu mahal," imbuh Hari.
Nantinya, setelah layanan BST berbayar, sistem pembayaran melalui nontunai berupa kartu uang elektronik (e-money). Masyarakat bisa menggunakan kartu uang elektronik yang dikeluarkan sejumlah bank, seperti BNI, BRI, Mandiri, dan BCA.
"Kami harapkan kalau semua penumpang bus wajib menggunakan kartu, biasanya transaksi lainnya mengikuti, misalnya parkir, jadi tidak perlu receh," pungkasnya.