REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendukung peluncuran kembali Buku 100 Koperasi Besar Indonesia (KBI) pada Januari 2021. Buku seri ke empat yang terbit tiga tahunan ini dinilai dapat menjadi dokumentasi lengkap perkembangan koperasi di seluruh Indonesia.
“Bagus sekali jika ada dokumentasi perkembangan koperasi di Indonesia dan saya mendukung penuh ide tersebut. Insyaallah saya bersedia hadir dalam acara peluncuran nanti,” ujarnya, Rabu (23/12). Hadir pada kesempatan itu Deputi Kelembagaan Kemenkop UKM Rulli Nuryanto, Direktur Keuangan dan Umum LLP-KUKM Nawang Wulan Pemimpin Redaksi Majalah Peluang Irsyad Muchtar dan Direktur PT Berkah Dua Visi Yuni Hegarwati.
Pada kesempatan itu Irsyad melaporkan, dari hasil kunjungannya ke berbagai daerah, umumnya koperasi skala besar masih didominasi sektor usaha simpan pinjam, baik yang masih menerapkan manajemen konvensional maupun syariah. Kondisi tersebut memang tak terhindarkan sejak selepas era reformasi pemerintah membuka kran koperasi simpan pinjam secara massif.
Namun demikian lanjut Irsyad sejumlah koperasi non simpan pinjam, seperti koperasi produsen, konsumen dan serba usaha juga cukup menonjol dan masih punya pengaruh pasar yang kuat di tengah masyarakat. “Rencana penerbitan buku dan pengenalan koperasi-koperasi besar dari pelosok tanah air ini akan kami gelar pada 26 Januari 2021 di gedung Smesco Jakarta, dan karena pandemi covid-19 masih belum usai, maka protokol kesehatan akan kami terapkan secara ketat,” ujar Irsyad.
Seperti edisi sebelumnya buku 100 KBI edisi ke empat ini terbit dengan dua bahasa, Indonesia dan Inggris.
Sementara iu Menkop Teten mengingatkan perkoperasian dihadapkan pada era keterbukaan sejalan dengan perkembangan teknologi digital yang menjalar ke berbagai segmen usaha. Koperasi, kata dia, harus siap dengan perubahan zaman itu jika tak ingin ditinggalkan oleh pasar.
Lantaran itu, sambung Menkop, pihaknya kini terus mendorong lahirnya koperasi multipihak yang diyakini lebih memberikan multiplier effect terhadap perekonomian. Koperasi multipihak ini akan membangun sirkuit ekonomi lebih kuat yang mana pada akhirnya akan menggenjot perolehan keuntungan atau SHU Koperasi.
Dalam koperasi multipihak, koperasi produsen menghasilkan produk atau barang yang berkualitas dan koperasi konsumen meng-create pembelinya. Model bisnis ini akan lebih meningkatkan daya saing koperasi.
Menkop juga menekankan pentingnya digitalisasi koperasi. Ini penting agar koperasi lebih menggigit karena persaingan semakin ketat terutama dengan hadirnya perusahaan financial technology (Fintech). Saat ini fintech tidak lagi memikirkan aset calon peminjam dana, tetapi sejauh mana kemampuan calon peminjam untuk dalam menyelesaikan kewajibannya (kemampuan bayar utang/solvabilitas).
Dalam catatan Kemenkop, saat ini baru 0,7 persen koperasi yang layanannya sudah terdigitalisasi. Ke depan, koperasi terdigitalisasi ini perlu terus ditingkatkan. Selain itu, Kemenkop juga akan mendorong UMKM untuk berkoperasi.
Dengan begitu, Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) akan lebih mudah menyalurkan pembiayaan ke UMKM melalui koperasi yang terbentuk. “Kita juga terus mendorong UMKM untuk membentuk koperasi dan tidak lagi usaha individual agar LPDB dapat menyalurkan dananya melalui koperasi UMKM tersebut. Sedangkan untuk SMESCO nantinya diarahkan sebagai trading house dan inkubator pengembangan UMKM,” pungkas Menkop Teten