Pada awal pekan ini, Eropa memberikan lampu hijau untuk vaksin COVID-19 dari Pfizer dan mitranya BioNTech yang menunjukkan kemanjuran 95 persen dalam percobaan besar. Sebelumnya, Inggris dan Amerika Serikat (AS) telah memberikan persetujuan terlebih dahulu.
Persetujuan vaksin yang cepat, setahun setelah virus corona terdeteksi di Wuhan, Cina, adalah bukti upaya besar global yang dilakukan untuk mengatasi pandemi yang telah menewaskan lebih dari 1,7 juta orang.
Para ilmuwan mengidentifikasi kandidat vaksin yang menjanjikan hanya dalam hitungan minggu dan jutaan dosis sudah diluncurkan dari pabrik.
Vaksin ketiga dari AstraZeneca juga telah terbukti mencegah COVID-19, meskipun pertanyaan tentang tingkat kemanjurannya membuat mereka harus bekerja lebih keras untuk meyakinkan beberapa regulator.
"Belum pernah terjadi sebelumnya ketika Anda memiliki tiga vaksin potensial yang dikembangkan dalam waktu singkat, dan semuanya menjanjikan," kata Marcel Tanner, Presiden Akademi Seni dan Sains Swiss dan anggota Satgas Sains COVID-19 Swiss.
Inokulasi telah dimulai di Inggris dan AS, dengan pengiriman ke Kanada, Israel, dan Meksiko. Negara-negara UE mengatakan proses vaksinasi akan dimulai beberapa hari setelah Natal, sementara Swiss dan Qatar mengesahkan vaksin Pfizer BioNTech pada akhir pekan ini.
Meski begitu, Kepala Eksekutif perusahaan farmasi Jerman BioNTech, Ugur Sahin, memperkirakan masyarakat akan berurusan dengan wabah COVID-19 sporadis untuk dekade berikutnya. Namun terbantu dengan beberapa vaksin yang diyakini dapat menghindari penutupan bisnis dan rumah sakit yang kelebihan beban.
"Musim dingin ini tidak akan berdampak pada jumlah infeksi, tetapi kami harus memberi dampak sehingga musim dingin berikutnya akan menjadi normal baru," kata Sahin.
Vaksin untuk seluruh warga dunia
Lebih dari 100 kandidat vaksin lainnya tengah dalam pengerjaan. Pakar vaksin mengatakan beberapa suntikan akan diperlukan untuk memberikan dosis yang cukup untuk menyuntikkan seluruh orang di dunia, baik yang kaya maupun yang miskin.