Jumat 25 Dec 2020 11:34 WIB

Ilmuwan Kembangkan Jenis Lem Baru, Aktif dengan Medan Magnet

Lem juga mudah digunakan dan menghemat energi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ani Nursalikah
Ilmuwan Kembangkan Jenis Lem Baru, Aktif dengan Medan Magnet. Lem (ilustrasi).
Foto: Popular Mechanics
Ilmuwan Kembangkan Jenis Lem Baru, Aktif dengan Medan Magnet. Lem (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan mengembangkan lem baru yang mendapatkan sifat lengketnya dari medan magnet. Ini dapat menghasilkan penghematan energi dan biaya yang serius bagi perusahaan yang perlu menyatukan berbagai hal dalam skala industri.

Untuk mengeraskan atau menghilangkan campuran bahan kimia di sebagian besar lem berbasis epoksi, beberapa jenis efek lingkungan seperti panas, cahaya atau kelembaban perlu diterapkan. Di sini, itu dicapai dengan proses “magnetocuring”, yang dipromosikan sebagai opsi ketika perekat konvensional  tidak terlalu efektif atau dalam aplikasi sensitif panas atau ketika banyak bahan isolasi terlibat (membuatnya rumit untuk menerapkan panas, cahaya atau kelembapan).

Baca Juga

Dilansir di Science Alert, Jumat (25/12), lem bekerja dengan menggabungkan epoksi komersial dengan nanopartikel magnetik olahan sendiri yang mencampurkan mangan, seng dan besi. Nanopartikel ini memanas saat energi elektromagnetik melewatinya dan mengikat bahan di tempatnya.

“Pengembangan utama kami adalah cara untuk menyembuhkan perekat dalam beberapa menit setelah terpapar medan magnet, sekaligus mencegah permukaan yang terlalu panas,” kata ilmuwan material Terry Steele dari Nanyang Technological University (NTU) di Singapura.

“Ini penting, karena beberapa permukaan yang ingin kami gabungkan sangat sensitif terhadap panas, seperti elektronik fleksibel dan plastik yang dapat terurai secara hayati,” ujarnya.

Lem baru lebih mudah diaplikasikan, bekerja lebih cepat, dan membutuhkan lebih sedikit energi dan ruang daripada campuran konvensional. Tidak memerlukan pengeras atau akselerator dan dapat disesuaikan untuk mengontrol laju dan suhu maksimum panas saat diterapkan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement