REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Indonesia dan Oman berada di pusaran spekulasi melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Media Israel terus mengaitkan dua negara itu sebagai salah satu yang akan memperbaiki hubungannya dengan Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pernyataan terbarunya, mengatakan, bakal ada lebih banyak negara Arab dan Muslim yang menormalkan hubungan dengan negara yang dipimpinnya itu. Pengumumannya pun ia katakan akan lebih cepat.
"Akan ada lebih banyak negara dan mungkin (normalisasi terjadi) lebih cepat dari yang diharapkan orang,” kata Netanyahu seperti dilansir laman The Jerusalem Post, Jumat (25/12).
Hal itu ia katakan pada Kamis (24/12) waktu setempat, hanya satu hari setelah delegasi Israel kembali dari Rabat. Mereka merayakan dimulainya kembali hubungan Israel dengan Maroko setelah absen selama 20 tahun.
“Anda dapat melihat negara-negara Arab: Beberapa telah maju, yang lain maju," kata Netanyahu di hadapan Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft dan Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan ketika dia bertemu di Yerusalem.
Pekan ini, Craft mengunjungi Israel. Dia juga mengatakan, bahwa akan ada lebih banyak lagi kesepakatan yang akan datang.
Sementara itu, Menteri Intelijen Eli Cohen telah berbicara tentang kemungkinan kesepakatan dengan Indonesia, Oman, Mauritania, Niger dan Arab Saudi.
Cohen mengisyaratkan kemungkinan negara Asia yang tidak disebutkan namanya selain Indonesia, yang beberapa orang anggap sebagai Pakistan. Sumber diplomatik mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa Indonesia dan Oman adalah negara yang paling mungkin menjalin hubungan dengan Israel.
Sumber yang tidak disebutkan jati dirinya itu mencatat bahwa pekerjaan atas nama normalisasi dengan negara-negara tersebut berada pada tahap yang lebih maju daripada dengan negara lain. Oman memiliki hubungan tingkat rendah dengan Israel dari 1994-2000.
The Jerusalem Post melaporkan Indonesia tidak pernah memiliki hubungan dengan Israel, meski memiliki hubungan terselubung, kontak perdagangan tingkat rendah, dan hubungan antara para pemimpin negara.
Indonesia memiliki hubungan pertahanan informal sejak 1970-an. Para pemimpin Indonesia selama beberapa dekade memandang Israel sebagai mitra dagang potensial, namun tidak mengambil langkah lebih.
Beberapa pejabat Israel juga pernah mengunjungi Indonesia. Semisal, mantan perdana menteri Israel Yitzhak Rabin pernah mengunjungi Indonesia pada 1993. Mantan perdana menteri Shimone Peres juga pernah mengunjungi Indonesia ketika menjaba sebagai menteri kerja sama regional.
Ketua Kamar Dagang Israel-Indonesia Emanuel Shafaf mengatakan kepada Jerusalem Post, meskipun organisasinya telah ada sejak 2009, namun ia tidak pernah membayangkan ada normalisasi, sampai perkembangan baru-baru. Ia menyebut ada potensi perbaikan hubungan itu. "Bahkan dua pekan lalu, saya mengatakan kabar hubungan ini tak benar," ujarnya.
Sekarang ia meyakini, setidaknya ada kesempatan 50 persen peluang kemungkinan itu akan terjadi.