Jumat 25 Dec 2020 16:30 WIB

Perayaan Natal di Arab Saudi Berbeda dari Tahun Sebelumnya

Perayaan Natal di Arab Saudi dinilai tunjukan toleransi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Perayaan Natal di Arab Saudi Berbeda dari Tahun Sebelumnya. Foto: ilustrasi pohon natal
Foto: kolomrumah.com
Perayaan Natal di Arab Saudi Berbeda dari Tahun Sebelumnya. Foto: ilustrasi pohon natal

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Perayaan Natal di Arab Saudi tahun ini terasa berbeda dengan dari sebelumnya. Pohon dan dekorasi Natal banyak dijual di toko suvenir di Riyadh. Pemandangan orang-orang yang membeli pakaian sinterklas dan pernak-pernik Natal di ibu kota Arab Saudi tersebut sudah menunjukkan terbangunnya toleransi beragama yang lebih luas.

Bagi keluarga umat Kristiani di seluruh dunia perayaan Natal tahun ini memang terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena, di tengah pademi Covid-19 ini mereka mengalami kesulitan untuk berkumpul bersama keluarganya. Apalagi, Kerajaan Arab Saudi saat ini tengah memperketat aturan dengan menutup semua penerbangan.

Baca Juga

Arab Saudi telah memberlakukan pembatasan perjalanan sejak Maret lalu untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang lebih luas. Meskipun Arab saudi mencabut sebagai larangan penerbangan pada 15 September lalu, tapi semua penerbangan internasional kembali ditangguhkan pada 20 Desember selama sepakan lantaran adanya virus Corona jenis baru yang muncul di Eropa.

“Sebagai seorang Kristen yang tinggal di Arab Saudi, saya merayakan Natal dalam kesendirian jauh dari keluarga,” ujar seorang ekspatriat Amerika yang bekerja di Riyadh, Jeruel Trinidad dilansir dari Arabnews, Jum’at (25/12).

Banyak keluarga Kristen yang berharap pandemi Covid-19 biasa terkendali pada Desember. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan tentang risiko peningkatan penularan Covid-19 selama musim liburan yang akan datang. Karena itu, para ahli menyarankan agar tidak melakukan perjalanan yang tidak perlu dan pertemuan keagamaan dalam ruangan.

Meskipun kecewa, banyak ekspatriat Kristen di Arab Saudi bertekad untuk memperingati acara tersebut sesuai protokol kesehatan. Seorang warga negara India yang berada di Riyadh, Berney James, mengakui bawah Natal tahun ini berbeda, tetapi dia tidak akan membiarkan pandemi meredam semangat untuk merayakan Natal.

“Ada banyak ekspektasi, tetapi juga kekecewaan terjadi saat ini karena pembatasan perjalanan di tengah pandemi. Namun demikian, kami mendekorasi rumah kami dan menyiapkan makanan bersama teman-teman,” katanya.

Sementara, seorang dosen bahasa Inggris di Universitas King Abdulaziz Jeddah, Lydia Diggs mengatakan bahwa dia ingin sekali menghabiskan Natal bersama keluarganya, tetapi baginya Natal tahun ini bisa dijadikan momentum untuk meningkatkan spiritualnya secara pribadi.  Dia pun mengapresiasi ucapan selamat Natal dari para mahasiswanya karena telah menciptakan lingkungan yang lebih ramah.

Kerajaan Arab Saudi memang telah berupaya untuk menginkatkan toleransi beragama. Pada Maret 2018 lalu, Putra Mahkota Mohammed bin Salman juga pernah mengadakan pertemuan pribadi di London dengan Uskup Agung Canterbury Justin Welby, di mana mereka membahas reformasi yang sedang berlangsung di Arab Saudi.

"Putra Mahkota membuat komitmen kuat untuk mendorong berkembangnya tradisi agama yang berbeda, dan untuk dialog antaragama di dalam dan di luar Kerajaan," kata kantor uskup agung.

Pada September 2019, delegasi pemimpin Kristen evangelis juga pernah mengunjungi Arab Saudi dan mengadakan pertemuan yang bertujuan untuk mempromosikan kerukunan antaragama. Kelompok yang dipimpin seorang penulis Amerika, Joel Rosenberg  diterima oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Pertemuan tersebut menekankan pada upaya untuk mempromosikan toleransi beragama serta untuk memerangi ekstremisme dan terorisme.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement