REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas PB IDI, Prof Zubairi Djoerban mengatakan, tes antigen memang penting untuk mendeteksi kasus dan kontak tracing. Namun, dirinya menegaskan tidak boleh ada kerumunan banyak orang dalam tes tersebut, apalagi membuat panik masyarakat.
"Tes antigen dengan antrian kerumunan banyak? tidak boleh, justru (itu) potensi penularan,’’ ujar dia kepada Republika.co.id, Jumat (25/12).
Dirinya tak menampik jika selama momen libur Nataru ini, Kemenhub memberlakukan rapid test antigen sebagai syarat perjalanan. Hal itu mengingat akurasinya yang lebih baik daripada rapid lain, dan mendekati tes PCR.
"Tes boleh antigen boleh PCR, tes antigen lebih murah dan hasil cepat,’’ tuturnya.
Namun demikian, merujuk pada pelaksanaan rapid antigen di beberapa lokasi seperti tes kerumunan di bandara Soekarno-Hatta hingga tes di stasiun Gambir-Senen, ia mengaku pelaksanaan tersebut belum maksimal. Menurutnya, perlu ada kombinasi antara pihak untuk memaksimalkan tes, menghindari kerumunan dan melakukan pendisiplinan.
"Mencegah lebih baik. Harusnya kerumunan bisa dicegah sebelum mulai tes antigen,’’ ucapnya.
Dia menegaskan, sejauh ini kerjasama dari Kementerian Perhubungan dan kepolisian, serta Satgas Covid-19 memang sudah bagus. Walaupun, ia klaim tetap harus ditingkatkan kembali.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan memberlakukan rapid test antigen sebagai syarat melakukan perjalanan periode 22 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021. Hal ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 23 Tahun 2020.
Namun demikian, dalam pelaksanaanya, beberapa kendala muncul. Mulai dari kepadatan saat melakukan tes, ditemukannya banyak sample positif hingga membuat warga atau calon penumpang transportasi publik panik.
Contohnya, kepadatan antrian layanan tes Covid-19 sempat terjadi di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (21/12). Para pelaku perjalanan berbondong-bondong mendatangi Bandara Soekarno-Hatta untuk menjalani rapid test antigen yang diketahui menjadi syarat perjalanan selama libur Natal dan Tahun Baru 2021. Antrean yang terjadi saat itu membuat warga panik.
Lebih jauh, berdasarkan data pada 21 dan 22 Desember, ditemukan 109 orang yang positif Covid-19 dari 6.700 calon penumpang kereta api (KA) yang menjalani tes di stasiun Gambir dan Senen.
Menurut Prof Zubairi, jumlah itu kemungkinan bisa bertambah dan menyebabkan klaster baru Nataru. Mengingat, tes antigen yang tidak maksimal hasilnya.
Hingga berita ini dibuat, Satgas Covid-19 nasional dan kepolisian belum menanggapi Republika mengenai kepanikan dan antrian padat di sejumlah lokasi tes.
Terpisah, calon wisatawan asal Bandung, Harry (24) mengaku mengurungkan niatnya untuk berlibur ke luar pulau di akhir tahun 2020 ini. Meskipun, jadwal tersebut ia klaim telah direncanakan jauh sebelumnya.
Menurutnya, syarat dan kondisi yang tidak memungkinkan bisa menyebabkan ketidakpastian lain ke depannya. Sehingga, dirinya memilih untuk menghabiskan waktu di daerahnya.
‘’Iya, mending di rumah saja,’’ ungkap dia.