Sabtu 26 Dec 2020 02:07 WIB

Hasil Uji Klinis Sinovac, Pakar Tetap Tunggu di Indonesia

Efikasi vaksin yang baik hasil uji klinis fase 3 yaitu di atas 50 persen.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolandha
Petugas memindahkan vaksin COVID-19 setibanya di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Senin (7/12/2020). Vaksin COVID-19 produksi perusahaan farmasi Sinovac, China tersebut disimpan dalam ruangan pendingin dengan suhu 2-8 derajat celcius, selanjutnya akan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian mutu oleh tim dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bio Farma.
Foto: MUKHLIS JR/ANTARA
Petugas memindahkan vaksin COVID-19 setibanya di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Senin (7/12/2020). Vaksin COVID-19 produksi perusahaan farmasi Sinovac, China tersebut disimpan dalam ruangan pendingin dengan suhu 2-8 derajat celcius, selanjutnya akan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian mutu oleh tim dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bio Farma.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani menyambut baik uji coba tahap akhir di Turki yang menunjukkan hasil Vaksin Covid-19 Sinovac memiliki efektivitas sebesar 91,25 persen. Kendati demikian, Laura menegaskan untuk menentukan efektivitas vaksin Sinovac dan beredar di Tanah Air tetap menunggu hasil uji klinis yang saat ini tengah dilakukan.

"Ini menjadi kabar baik, tetapi kita tetap menunggu hasil dari uji klinis fase 3 di Indonesia," kata Laura saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (25/12).

Laura menjelaskan, Vaksin Sinovac diuji klinis di beberapa negara yaitu Brasil, Turki, Pakistan, Arab Saudi, dan Indonesia. Kemudian, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan melakukan analisis dari hasil uji klinis fase 3 dari negara lain juga sebelum nantinya mengeluarkan izin penggunaan darurat (Emergency Used Authorization/EUA).

"Namun tentunya juga menunggu hasil uji klinis di Indonesia," ujarnya.

Kalau dari rekomendasi organisasi kesehatan dunia PBB (WHO), efikasi vaksin yang baik hasil uji klinis fase 3 yaitu di atas 50 persen. Sehingga, jika efikasi vaksin ini mendekati 100 persen menjadi sangat baik.

Nantinya, hasil efikasi ini juga akan menjadi masukan berapa orang yang harus divaksinasi. Kemudian pastinya efikasi hasil uji klinis 3 ini sangat penting untuk pengambilan kebijakan.

"Misalnya selain mengetahui jumlah populasi yang harus divaksin juga harus melihat jika keberhasilan efikasi rendah, vaksin ini sebetulnya (disuntikkan) pada kelompok usia berapa," ujarnya.

Atau karakteristik yang lainnya misalnya berdasarkan jenis kelaminnya. Sehingga, dia melanjutkan, nanti yang lebih diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin selain dari kelompok orang yang berisiko tinggi juga selanjutnya menargetkan pada masyarakat biasa dengan karakteristik tertentu yang sesuai dengan gambaran hasil uji klinis fase 3.

"Harapannya efikasi rendah dari vaksin ini akan menyasar target yang tepat. Karena kita tahu bahwa jika efikasi 90 persen artinya dari 100 orang yang tervaksinasi, ada 10 orang di antaranya yang kemudian tidak menjadi kebal terhadap infeksi," ujarnya.

Dia berharap Vaksin Sinovac memiliki efikasi yang mendekati 100 persen. Kendati demikian, Laura menegaskan efikasi tinggi juga harus didukung partisipasi aktif masyarakat. Kemudian, diharapkan kekebalan komunitas (herd immunity) akan segera tercapai.

Sebelumnya, uji coba tahap akhir di Turki menunjukkan hasil vaksin Covid-19 asal Cina yakni Sinovac Biotech memiliki efektivitas sebesar 91,25 persen. Para periset mengatakan bahwa tak ada efek samping serius yang muncul pada masa uji coba selain orang yang menunjukkan reaksi alergi. Berdasarkan kabar yang dihimpun, uji coba di Tukri itu dimulai pada 14 September, dan para periset mengatakan sebanyak 1.322 orang ikut berpartisipasi.

Dikutip dari Reuters, Jumat (25/12), Menteri Kesehatan (Menkes) Turki, Faherttin Koca mengatakan 26 dari 29 orang yang terinfeksi pada masa uji coba diberikan plasebo (obat tanpa bahan kimia). "Sekarang ini kami yakin bahwa vaksin ini efektif dan aman (untuk digunakan) terhadap warga Turki," ujar Koca.

Perlu diketahui Turki, telah setuju untuk membeli 50 juta dosis suntikan Sinovac dan menerima pengiriman pada 11 Desember 2020, akan tetapi pengiriman tersebut alami penundaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement