REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Korea Selatan (Korsel) akan lebih meningkatkan kewaspadaannya terhadap demam babi Afrika (ASF). Hal ini menyusul peningkatan jumlah infeksi di antara babi hutan, yang berpotensi menyebar ke peternakan babi.
Sejak Oktober tahun lalu, Korsel telah mengidentifikasi 883 kasus ASF dari babi hutan di daerah perbatasan dari data Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan. Otoritas Korsel sebelumnya memasang pagar di daerah perbatasan untuk mencegah babi hutan mencapai peternakan babi.
Tetapi jejak penyakit ditemukan dari luar daerah berpagar di Inje, 165 kilometer timur Seoul. Pemerintah Korsel mengatakan juga akan mengirim 35 petugas ke Inje untuk mencari sisa-sisa babi hutan.
"Kami meminta peternakan babi untuk mengikuti pedoman pencegahan secara menyeluruh, termasuk menerapkan kapur di sekitar lumbung," kata Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan Korsel dilansir dari kantor berita Bernama pada Sabtu (27/12).
Korsel telah menderita serangkaian wabah ASF pada babi domestik tahun lalu, yang melanda 14 peternakan. Setelah jeda kasus selama sekitar satu tahun, Korsel melaporkan dua kasus ASF terkait peternakan pada Oktober tahun ini, meskipun tidak ada kasus tambahan yang ditemukan setelahnya.
Diketahui, ASF tidak mempengaruhi manusia tetapi mematikan bagi babi. Saat ini belum ada vaksin atau obat untuk penyakit tersebut.