Sabtu 26 Dec 2020 15:46 WIB

Apakah Maut Memiliki Wujud?

Apakah maut memiliki wujud atau maut merupakan ketiadaan?

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Hari Kiamat (ilustrasi)
Foto: pulsk.com
Hari Kiamat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Maut pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Namun, sampai sekarang para ulama dan pakar masih mempertanyakan dan berusaha menemukan jawaban perihal maut. Misal, apakah maut memiliki wujud atau maut merupakan ketiadaan?

Dijelaskan dalam buku Kehidupan Setelah Kematian : Surga yang Dijanjikan oleh Prof. M. Quraish Shihab, sementara ulama mengatakan jika merujuk pada ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang kematian, maut mempunyai wujud. Allah berfirman dalam surat Ali-‘Imran ayat 185 :

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

Kullu nafsin żā`iqatul maụt, wa innamā tuwaffauna ujụrakum yaumal-qiyāmah, fa man zuḥziḥa 'anin-nāri wa udkhilal-jannata fa qad fāz, wa mal-ḥayātud-dun-yā illā matā'ul-gurụr. “Setiap jiwa akan merasakan maut. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”

Allah juga berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 2 :

ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

Allażī khalaqal-mauta wal-ḥayāta liyabluwakum ayyukum aḥsanu 'amalā, wa huwal-'azīzul-gafụr. “Dia yang menciptakan maut dan hidup agar menguji kamu siapa yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.”

Menurut mereka sesuatu yang dirasakan pasti ada wujudnya. Para ulama yang menganut paham ini juga mengemukakan riwayat yang menyatakan “Kelak di hari maut akan ditampilkan dalam bentuk domba dan kulitnya terdapat warna putih dan hitam. Lalu ada yang berseru, “Wahai penghuni surga! Apakah kamu mengetahui ini?” Mereka semua mengiyakan karena mereka semua telah mengalaminya. Hal serupa dilakukan terhadap penghuni neraka. Lalu domba itu disembelih dan terdengarlah pengumuman sejak kini yang wujud hanya kekekalan; Maut telah tiada lagi,” (HR Bukhari).

Ada pula ulama yang berpendapat maut tidak memiliki wujud. Kutipan ayat dan hadits yang membahas itu, kata mereka merupakan bentuk metafora. Kata mencipta pada ayat 2 surat Al-Mulk berarti menetapkan, yakni mengetahui sejak semua bahwa maut tidak berwujud karena kehendak-Nya memang demikian. Sedangkan hadits yang disebut di atas sekadar sebagai ilustrasi atau nilainya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Mereka memahami maut sebagai ketiadaan hidup.

Meski begitu, para ulama penganut pendapat pertama atau kedua menegaskan walaupun maut berarti ketiadaan, bukan berarti tidak ada lagi eksistensi dan wujud manusia setelah kematian atau ketiadaan itu. Setelah maaut, masih ada hidup baru bagi manusia. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Insan ayat 1 :

هَلْ اَتٰى عَلَى الْاِنْسَانِ حِيْنٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْـًٔا مَّذْكُوْرًا

Hal atā ‘alal-insāni ḥīnum minad-dahri lam yakun syai`am mażkụrā. “Bukankah telah datang kepada manusia satu masa di mana dia pernah tiada?”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement