REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani mempertahankan upaya membeli vaksin Covid-19, memastikan Iran akan berhasil walaupun ada tekanan dari Amerika Serikat (AS). Sejak bulan Februari negara itu telah mencatat satu juta lebih kasus positif Covid-19 termasuk 54 ribu lebih kasus kematian terkait virus tersebut.
"Rakyat kami harus tahu kami memiliki masalah tapi masalah-masalah ini tidak akan menghalangi upaya kami, mungkin ada yang menjadi lebih mahal, mungkin ada yang terlambat tapi akan sampai," kata Rouhani seperti dikutip Aljazirah pada Sabtu (26/12) kemarin.
Rouhani menambahkan media 'anti-Iran' juga mencoba untuk menggambarkan upaya pemerintah mendapatkan vaksin negatif. Rouhani juga kembali menyebut sanksi-sanksi Washington sebagai 'terorisme ekonomi'.
"Tidak hanya vaksin, obat-obatan dan makanan, Anda tidak akan menemukan contoh di mana kami ingin membeli sesuatu dari luar negeri dan kami tidak melihat dampak dari kekejaman AS," kata Rouhani.
Rouhani mengatakan Iran ingin membeli vaksin melalui aliansi vaksin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang disebut sebagai COVAX dan pembayarannya melalui dana bank sentra di Korea Selatan. Ia menambahkan setelah bekerja keras, Iran sudah mendapatkan izin dari Kantor Pengendalian Aset Asing AS.
Namun, Kementerian Keuangan AS meminta uangnya ditransfer ke bank AS terlebih dahulu sebelum uang untuk membayar vaksin ditransfer ke Swiss.
"Di mana Anda bisa menemukan uang kami, Anda mencurinya, Anda terkenal sebagai pencuri, bagaimana kami percaya pada pencuri," kata Rouhani.
Dalam sebuah wawancara Jumat (25/12) lalu Gubernur Bank Sentral Iran Abdolnaser Hemmati mengatakan Iran memutuskan tidak menggunakan uang sebesar 7 miliar dolar AS di Korsel, karena khawatir akan disita AS. Melalui aksi hukum AS menyita dan membekukan miliar dolar uang Iran yang disimpan di negara lain. Uang tersebut sebagian besar digunakan untuk membayar kompensasi kepada keluarga korban pengeboman yang AS tuduhkan pada Iran.
Hemmati menambahkan AS sudah mengizinkan transfer uang ke bank Swiss untuk membayar vaksin. Tapi ia tidak menyebutkan dari mana uang itu ditransfer. Hemmati menambahkan Iran akan membayar 246 juta dolar AS untuk 16,8 juta dosis vaksin dari COVAX tapi sudah siap membayar lebih banyak lagi.
Pembahasan pembelian vaksin terus berlanjut di Iran. Masyarakat menggunakan media sosial untuk mendorong pemerintah membeli vaksin Covid-19. Masyarakat Iran menggunakan tagar dalam bahasa Farsi yang artinya #BeliVaksin.
"#BeliVaksin, ibu saya memiliki Alzheimer, ia mengira bila tidak ada yang mengunjungi tidak ada yang mencintainya," tulis salah satu pengguna Twitter.
"Ini bukan isu keamanan dan politik, laporkan pada kami berapa banyak vaksin dari negara mana yang ingin kami beli?" kata anggota Kongres kota Shiraz, Mehdi Hajati.