REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ibu kota China, Beijing kembali memperketat pembatasan untuk mengekang penyebaran meluas dari virus corona baru atau Covid-19. Hal ini dikarenakan karena pemerintah setempat khawatir adanya perjalanan massal selama periode liburan.
Kasus Covid-19 baru mulai terus dilaporkan ditularkan secara lokal selama empat hari berturut hingga Ahad (27/12) waktu setempat. Hasil rapat yang dipimpin oleh petinggi partai Komunis ibu kota Bijing, Cai Qi, mendesak semua distrik di Beijing untuk memasuki mode "darurat". Dia juga memerintahkan menyegel kompleks perumahan dan desa tempat infeksi Covid-19 ditemukan.
Distrik Shunyi misalnya, tempat semua kasus virus corona baru-baru ini dilaporkan. Distrik tersebut telah menyatakan mode masa perang dan menguji semua 800 ribu warganya. Semua kasus yang dilaporkan pada Sabtu (26/12) adalah kontak dekat dari kasus sebelumnya.
Sementara itu di distrik tetangga Shuinyi, Chaoyang telah menyelesaikan pengujian 234.413 orang di tiga lingkungan, tanpa ada yang dinyatakan positif. Pemerintah kabupaten tersebut mengatakan, warga yang belum menerima hasil tesnya tidak diizinkan keluar rumah.
Beberapa kompleks perumahan di Tongzhou juga telah menerapkan kembali pemeriksaan suhu saat masuk. Sementara jumlah pintu masuk ke daerah tersebut telah dikurangi.
China sebagian besar telah mengendalikan virus corona, tetapi kasus sporadis muncul kembali di sejumlah kecil kota. Pihak berwenang berencana untuk memvaksinasi 50 juta orang dalam kelompok berisiko tinggi sebelum liburan Tahun Baru Imlek selama sepekan mulai 11 Februari.
Beijing telah meminta pegawai sipilnya untuk tetap berada di kota itu dari 1 Januari hingga hari libur. Pemerintah juga meminta masyarakat untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu selama periode tersebut.
Tempat-tempat umum seperti taman hiburan dan gereja telah mengurangi jam operasinya. Beberapa gereja Katolik di Beijing, termasuk Gereja Katolik Wangfujing, telah berhenti menerima pengunjung gereja dan menghentikan kegiatan kelompok.