REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar sekaligus dosen IPB University dari Divisi Perkembangan Anak, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (IKK-Fema) Dr Melly Latifah mengatakan berdasarkan riset pembentukan kelekatan ibu dan anak dimulai dari kontak mata. "Selanjutnya, kontak mata diiringi dengan senyuman," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Ahad (27/12).
Sejak lahir, bayi dan anak kecil bergantung pada orang dewasa yang mengasuhnya. Kelekatan atau attachment di antara mereka yang terbentuk di tahun-tahun awal menjadi indikator penting dari perkembangan masa kanak-kanak dan dewasanya.
Kelekatan merupakan salah satu konsep penting dalam psikologi perkembangan mengingat pengaruhnya terhadap kepribadian dan perilaku anak hingga usia dewasa. Istilah attachment atau kelekatan merujuk pada hubungan emosional antara bayi dan orang yang paling banyak menghabiskan waktu untuk merawat bayi.
Kelekatan yang terbentuk dengan baik akan memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi sehingga disebut secure attachment. "Attachment terbentuk pada dua tahun pertama kehidupan anak yang mana anak akan membentuk dasar ikatan yang kuat dengan primary caregiver," kata Dr Melly.
Kelekatan yang aman antara anak dan ibu atau pengasuh utama akan terbentuk jika pengasuh responsif terhadap anak. Karena itu, respons yang diberikan harus positif dan stabil.
Respons positif artinya saat dibutuhkan ibu atau pengasuh utama memenuhi kebutuhan bayi, baik kebutuhan fisik yang meliputi air susu ibu (ASI), makanan, kenyamanan udara dan sebagainya. "Termasuk kebutuhan psikologis, yakni curahan perhatian dan ekspresi cinta," ujar dia.
Karena itu, ibu atau pengasuh utama harus memperlakukan bayi dengan penuh kasih sayang, welas asih dan stabil. "Ini yang harus diperhatikan, emosi pengasuh utama harus stabil dan pengasuh pun tidak berganti-ganti," katanya.
Cara terbaik adalah anak diasuh oleh ibunya sendiri. Sebab, jika berganti-ganti, ketidakstabilan emosi dan ketulusan cinta dari setiap orang yang berbeda dapat dirasakan oleh anak dan ia akan merasakan ketidakpastian atau kondisi yang tidak stabil.
Selain itu, ibu atau pengasuh bayi harus senantiasa memberikan kehangatan dan dukungan kepada anak, yaitu berupa pemenuhan kebutuhan untuk dicintai, diterima dan merasa nyaman. Dalam hal ini pengasuh harus rela meluangkan banyak waktunya untuk bercengkerama dengan anak, berbicara, dan memancing tawa anak.
Saat bayi memberikan senyum, ibu atau pengasuh utama hendaklah merespons senyuman tersebut dengan senyuman atau pujian. "Saat bayi sedang stres atau ketakutan, pengasuh segera menenangkannya dengan menggunakan kontak mata disertai kata-kata yang lembut menenangkan," ujar dia.