REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, memaparkan tiga pelajaran penting untuk umat Muslim dan Kristiani. Allah SWT berfirman:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ “Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". (QS Ali Imran: 64)
Dialog antara cendikiawan dan ulama kedua agama, Islam dan Kristen, merupakan tindakan yang baik. Terutama saat hal itu menyebabkan kedua agama mengambil posisi yang sama sehubungan dengan masalah manusia yang paling vital sekarang ini.
Tidak diragukan lagi, salah satu masalah yang harus ditangani adalah penentangan terhadap kehadiran dan penyebaran spiritualitas dalam kehidupan manusia.
Penentangan ini adalah tanggapan yang terburu-buru dan membingungkan dari kekuatan politik dan ekonomi dunia, yang dilengkapi dengan kekayaan, alat propaganda yang canggih, dan senjata yang merusak dan mematikan.
Sasaran utama kekuatan arogan adalah Islam. Mereka berusaha untuk menumbangkan agama ini. Ini adalah sesuatu yang harus diingat setiap orang. Tidak ada perbedaan bagi mereka antara Syiah dan Sunni. Mereka merasa terancam oleh bangsa atau komunitas atau individu mana pun yang memeluk Islam dengan teguh.
Mereka juga dibenarkan untuk merasa terancam karena Islam memang menimbulkan ancaman bagi tujuan yang mendominasi dan tujuan hegemonik dari kekuatan arogan. Namun, Islam tidak menimbulkan ancaman apapun bagi negara non-Muslim.