REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Israel memulai apa yang diharapkan para pejabat sebagai lockdown terakhir pada Ahad (27/12). Negara tersebut juga mempercepat vaksinasi karena menurut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu hal ini untuk memungkinkan kebangkitan dari pandemi pada Maret.
Jika terwujud, hal itu dapat membantu harapan terpilihnya kembali Netanyahu setelah salah langkah. Kesalahan ini termasuk mencabut karantina pertama dengan deklarasi kemenangan prematur pada Mei, penegakan pembatasan sosial yang tidak konsisten, dan bantuan ekonomi yang lamban.
Sejak memulai vaksinasi sepekan sebelum peluncuran Uni Eropa pada Ahad, sistem kesehatan terpusat Israel telah memberikan 280 ribu suntikan yang menjadi tingkat tercepat di dunia. Pembukaan stasiun vaksinasi 24/7 sedang dipertimbangkan. Netanyahu ingin tarif harian berlipat ganda menjadi 150 ribu suntikan pada akhir pekan depan.
Target itu dapat memungkinkan vaksinasi setengah dari sembilan juta orang Israel pada akhir Januari. Negara ini telah mencatat hampir 400 ribu kasus Covid-19 dan 3.210 kematian.
"Segera setelah kita menyelesaikan tahap ini, dalam 30 hari kita dapat keluar dari virus corona, membuka ekonomi, dan melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh negara mana pun," kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi.
Perdana menteri konservatif ini mencalonkan diri dalam pemilihan 23 Maret yang dipanggil setelah koalisi pemerintahannya runtuh bulan ini. Sebuah jajak pendapat Institut Demokrasi Israel yang dirilis pada Ahad menemukan 40,8 persen publik memberikan peringkat sebagian besar positif kepada pemerintah untuk penanganan aspek medis krisis.
Sementara 32,2 persen memberikan peringkat negatif. Dari aspek ekonomi, peringkat pemerintah adalah 52,8 persen negatif dan 19,7 persen positif.
Lockdown Ahad, yang ketiga di negara itu, akan berlangsung setidaknya tiga pekan dan bertujuan untuk memadamkan penularan yang saat ini berlipat ganda dalam skala setiap dua pekan. Demikian kata Kementerian Kesehatan.
"Vaksin itu berarti ada kemungkinan sangat besar bahwa ini adalah lockdown terakhir kami," ujar Sharon Alroy-Preis, penjabat kepala divisi layanan kesehatan masyarakat kementerian.