REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah mengklaim bahwa Arab Saudi tengah berusaha melakukan diskusi dengan Amerika serikat (AS) dan Israel tentang rencana untuk membunuhnya. Menurut Nasrallah, kunjungan terakhir Komando Pusat AS Mark Milley ke Israel adalah bukti nyata rencana itu.
Seperti dilansir laman The Jerusalem Post, dalam pidatonya Ahad (27/12) waktu setempat, Nasrallah menuduh Presiden AS Donald Trump bertindak secara impulsif dan tidak terduga di wilayah Timur Tengah. Dia juga mengatakan, bahwa Saudi telah bertindak tanpa alasan dalam beberapa tahun terakhir dengan kebenciannya terhadap Hizbullah. Seperti diketahui, Putra Mahkota Mohammed Bin Salman berusaha menentang peran Hizbullah di Lebanon di masa lalu.
Nasrallah mengaitkan dugaan rencana untuk membunuhnya dengan pembunuhan komandan Pasukan Quds IRGC Qasem Soleimani dan pemimpin Kataib Hezbollah Abu Mahdi al-Muhandis pada Januari 2020 oleh AS. Peringatan kematian mereka semakin dekat.
Nasrallah menyebut bahwa dia sama pentingnya dengan kedua orang tersebut. Dalam wawancaranya dengan Al-Mayadeen, dia menunjukkan hubungannya dengan Soleimani. Keduanya bekerja sama selama perang 2006 melawan Israel. Rekan dekat Nasrallah, Imad Mughniyeh juga dibunuh pada 2008. Mohsen Fakhrizadeh, kepala program nuklir Iran, dibunuh bulan lalu.
Beberapa menit sebelum Nasrallah menyampaikan pidatonya pada Ahad pukul 20.00 waktu setempat, Al-Mayadeen menampilkan foto yang menunjukkan presiden terpilih AS Joe Biden dan Presiden AS Donald Trump, sambil menegaskan bahwa Nasrallah setara dengan para pemimpin AS tersebut dan memimpin gerakannya pada saat kritis.
Video dari pidato tersebut menunjukkan orang Lebanon mengibarkan bendera Hizbullah, dengan hanya beberapa bendera nasional Lebanon di antara mereka. Intinya lagi-lagi jelas, yakni Hizbullah adalah Lebanon dan Lebanon ada di suatu tempat di dalam negara yang dikuasai Hizbullah, bukan sebaliknya.
Soleimani kunci kalahkan AS
Nasrallah mengklaim Soleimani adalah kunci untuk mengalahkan ISIS dan AS di wilayah tersebut. Dia berbicara tentang betapa terkejutnya dia tahun lalu ketika Soleimani terbunuh di bandara Baghdad dan bagaimana dia mengetahui tentang pembunuhan itu.
Komentar Nasrallah tampaknya dimaksudkan untuk meningkatkan profilnya di wilayah tersebut. Dia juga mengklaim Arab Saudi telah 'mengincarnya' sejak Riyadh ikut campur dalam perang Yaman. Dalam perang itu Iran mendukung sebagian besar Syiah Houthi dan telah mengancam Arab Saudi dan wilayah itu dari Yaman.