REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebutkan adanya sejumlah potensi sumberdaya alam yang besar di wilayah Bintuni, Papua Barat. Ke depan, pemerintah ingin membangun industri terintegrasi khusus hilirisasi gas di wilayah ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menjelaskan, Bintuni punya banyak potensi sumberdaya alam yang belum sepenuhnya dimaksimalkan. Mulai dari potensi timah hitam, nikel, batu bara dan yang terbesar adalah gas.
"Gas alam banyak sekali 14,4 TCF. Minyak bumi juga banyak dan belum termanfaatkan. Wilayah ini sudah masuk dalam RPJMN yang akan kami jadikan kawasan industri prioritas," ujar Airlangga dalam Bintuni Energy Forum, Senin (28/12).
Airlangga menjelaskan, di wilayah ini pemerintah ingin membuat industri terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produk turunan dari gas. Mulai dari pengembangan produksi gas sampai pada pabrik petrokimia dan pembangkit listrik berbasis gas.
"Ini dibangun hilirisasi gas. Nilai investas Rp 31,4 triliun. Ini diharapkan bisa mendukung program subtitusi impor," ujar Airlangga.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif menjelaskan potensi cekungan migas yang ada di Bintuni baru dioperasikan sekitar 39 persen saja. Masih banyak potensi gas dan minyak di cekungan-cekungan wilayah Bintuni yang menarik bagi investor.
"Cadangan migas di indonesia timur masih besar dan belum maksimal digarap. Kompleksitas dan kondisi geografis menjadi tantangan memang," ujar Arifin.
Untuk bisa menangkap potensi tersebut, Bupati Teluk Bintuni, Petrus Kasihiw menjelaskan, pemerintah daerah berusaha menyiapkan SDM yang unggul. Hal ini dilakukan agar apabila industri sudah masif di Bintuni, masyarakat lokal bisa menjadi tenaga kerja yang unggul sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan daerah.
"Kami tidak ingin terlena dengan banyaknya investasi. Ini perlu juga persiapan yang matang dari sisi kualitas SDM. Kami mau anak-anak daerah yang juga bisa ikut serta dalam perkembangan industri di Bintuni," ujar Petrus.