REPUBLIKA.CO.ID, Di hari yang terik, Rasulullah SAW meminta sebuah bejana. Air dingin di dalamnya dapat menyejukkan sedikit panas tubuhnya. Perlahan, kedua tangannya yang basah mengusap wajahnya. Seorang lelaki dari keluarga Abu Bakar as-Shidiq datang membawa siwak.
Muhammad memandang siwak itu dengan penuh hasrat. Mengetahui bahasa nonverbal suaminya, Aisyah RA meminta siwak itu. Dia pun mengunyah siwak hingga lunak untuk diberikan kepada suaminya tercinta.
Dengan siwak itu, Nabi yang mulia membersihkan mulut dan giginya. Dalam sakaratul maut, dia pun berdoa. "Allahumma ya Allah! Tolonglah aku dalam sakaratul maut ini." Kepala Rasulullah berada di pangkuan Aisyah.
Ummul Mukminin berkata, "Terasa olehku Rasulullah SAW sudah memberat di pangkuanku." Kuperlihatkan air mukanya, ternyata pandangannya menatap ke atas seraya berkata. "Ya handai tertinggi dari surga."
Aisyah kemudian berkata, "Engkau telah dipilih maka engkau pun telah memilih.
Demi yang mengutusmu dengan kebenaran." Rasulullah pun berpulang di antara dada dan leher Aisyah. Bumi, langit, dan penghuninya bersedih melepas kepergian Nabi yang mulia. Kisah yang disarikan dari Sejarah Hidup Muhammad yang ditulis Muhammad Husain Haekal ini menjadi akhir torehan hidup keagungan Muhammad SAW. Kisah ini sekaligus menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW mengalami sakaratul maut.