Selasa 29 Dec 2020 09:41 WIB

Saham Asia Meroket, Jepang Capai Tertinggi 29 Tahun

Harapan paket bantuan pandemi mendukung appetite risk investor.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolandha
 Para pejalan kaki tercermin dalam papan indikator pasar saham di Tokyo, Jepang, 09 November 2020. Saham Asia melonjak pada Selasa (29/12), dengan saham Jepang mencapai tertinggi 29 tahun.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Para pejalan kaki tercermin dalam papan indikator pasar saham di Tokyo, Jepang, 09 November 2020. Saham Asia melonjak pada Selasa (29/12), dengan saham Jepang mencapai tertinggi 29 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham Asia melonjak pada Selasa (29/12), dengan saham Jepang mencapai tertinggi 29 tahun. Harapan bahwa paket bantuan pandemi AS yang telah lama ditunggu-tunggu akan diperluas dan kesepakatan perdagangan Brexit telah mendukung appetite risk investor.

Nikkei Jepang melompat 0,9 persen ke level tertinggi sejak Maret 1991. Sementara saham Australia naik 0,7 persen dan futures untuk S&P 500 naik 0,3 persen.

DPR AS telah memilih sebelumnya untuk meningkatkan pembayaran stimulus kepada orang Amerika yang memenuhi syarat menjadi 2.000 dolar AS dari 600 dolar AS. Meskipun tidak jelas bagaimana langkah tersebut akan berjalan di Senat, penandatanganan tagihan pandemi sebesar 2,3 triliun dolar AS oleh Presiden Donald Trump telah mengirim saham di Wall Street ke rekor tertinggi dalam semalam karena meningkatkan optimisme tentang pemulihan ekonomi. 

"Dengan Brexit dan kesepakatan stimulus AS sekarang, ada rasa lega bahwa kita telah menghindari skenario terburuk masing-masing," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di Axi.

Permintaan yang lebih kuat untuk aset berisiko membuat dolar AS, yang sering dilihat sebagai aset safe-haven, tertekan, turun 0,02 persen terhadap sekeranjang mata uang utama. Shorting dolar telah menjadi perdagangan populer baru-baru ini dan perhitungan oleh Reuters berdasarkan data yang dirilis oleh Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas pada hari Senin menunjukkan hal ini dapat bertahan.  

Posisi short pada dolar membengkak di pekan yang berakhir 21 Desember menjadi 26,6 miliar dolar AS, tertinggi dalam tiga bulan.

Sterling melemah menjadi 1,3462 dolar AS karena investor terus mengambil untung dalam mata uang setelah konfirmasi minggu lalu dari kesepakatan perdagangan Inggris-UE yang diharapkan secara luas. Dolar yang lesu mendukung harga emas, yang naik 0,4 persen menjadi dolar AS 1,878.76 per troi ons. 

Saham-saham China dibuka bervariasi pada perdagangan Selasa pagi, setelah menguat sehari sebelumnya. Penguatan terbantu oleh data laba industri kuat yang menggarisbawahi pemulihan berkelanjutan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Indikator utama pasar saham China, Indeks Komposit Shanghai dibuka naik tipis 0,06 persen menjadi diperdagangkan pada 3.399,29 poin. Sementara Indeks Komponen Shenzhen yang melacak saham-saham di bursa kedua China dibuka 0,01 persen lebih rendah pada 14.042,79 poin.

Sementara itu, indeks ChiNext yang melacak saham-saham perusahaan sedang berkembang di papan bergaya Nasdaq China, dibuka melemah 0,14 persen menjadi diperdagangkan pada 2.838,71 poin.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement