REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klinik Pendidikan MIPA (KPM) bersama Republika telah menyelesaikan kegiatan pelatihan dalam jaringan (daring) untuk guru setelah dilakukan sebanyak 20 sesi. Pelatihan ini dimulai sejak Agustus lalu dan berakhir di penghujung tahun 2020 tanpa memungut biaya.
Presiden Direktur KPM, Ridwan Hasan Saputra berharap selama 20 sesi para guru yang mengikuti pelatihan bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Ia juga berpesan, agar para guru menyampaikan ilmu yang mereka dapatkan dengan niat mendapatkan ridho Allah SWT.
"Jadi mungkin awalnya dulu sebelum ikut pelatihan ini tidak berniat cari ridho Allah SWT. Sekarang ini diniatkan mencari ridho Alah SWT," kata Ridwan, dalam acara penutupan pelatihan yang disiarkan secara daring, Selasa (29/12).
Selain itu, Ridwan juga berpesan agar para guru memposisikan diri sebagai karyawan yang bekerja untuk Allah SWT. "Mulai sekarang, jadilah karyawan, bukan karyawan dari tempat bapak ibu bekerja, tapi niatkan bapak ibu kerjanya kepada Allah, karena Allah maha kaya," kata Ridwan menambahkan.
Menurutnya, jika para guru bekerja dengan meniatkan kepada Allah SWT maka walaupun mendapat upah sedikit, tetap tidak akan perhitungan. Sebab, bekerja dengan niat untuk Allah SWT akan menumbuhkan pemikiran bahwa segala hal yang dikerjakan nanti akan dibayar oleh Yang Maha Kuasa.
Selanjutnya, Ridwan juga berpesan mengenai bagaimana cara agar para guru dihormati oleh murid-muridnya. Menurutnya, supaya seorang guru dihormati maka guru harus takut kepada Allah SWT. Guru harus melakukan hal-hal yang tidak melanggar perintah Allah SWT.
"Harus takut sama Allah. Jadi, Insya Allah kalau Bapak Ibu terapkan, walaupun sekarang gajinya masih kecil, niatkan saja untuk mendapatkan ridho Allah. Jadi karyawan Allah, dan yang ketiga, takut sama Allah. Ibu dan Bapak akan menjadi guru yang berkualitas. Guru yang sejahtera dan dihormati," kata dia lagi.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi, mengatakan pelatihan yang dilakukan oleh KPM tidak hanya terkait dengan kehidupan duniawi, namun juga spiritual. Elemen spiritual, budi pekerti, dan karakter kebaikan dibutuhkan dalam dunia pendidikan.
"Pelatihan ini sangat membobotkan pada unsur yang tadi. Walaupun tetap, hal-hal duniawinya juga dapat, tapi tidak meninggalkan elemen spiritual tadi," kata Irfan.
Ia menegaskan, pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Namun, pendidikan yang dibutuhkan Indonesia tentunya bukan yang semata-mata mengedepankan ilmu duniawi saja.
Pelatihan yang dilakukan secara gratis ini menurut Irfan penting dilakukan. Apalagi di era pandemi banyak guru yang kebingungan melakukan pembelajaran daring. Pelatihan ini bisa menjadi salah satu cara untuk menjawab kebingungan para guru dalam mengajar anak didiknya dengan metode daring.
Lebih lanjut, ia berharap kegiatan semacam ini bisa dilanjutkan kembali. Republika ingin bisa membantu para guru yang diharapkan juga bisa berpengaruh kepada kemajuan pendidikan generasi bangsa yang akan datang.
Adapun materi yang diberikan selama pelatihan guru adalah metode belajar menggunakan Matematika Nalaria Realistik (MNR). Ridwan yang juga merupakan pengisi program Gemar Matematika TVRI ini menjelaskan MNR adalah suatu konsep pembelajaran matematika yang menekankan penggunaan nalar dalam memahaminya.
Pada metode MNR, tidak mengajari matematika langsung dengan rumusnya. Ridwan menjelaskan, di dalam MNR anak diajak berpikir sebelum diberikan rumus matematika. Di dalam metode ini, lebih mengutamakan menyelesaikan matematika untuk masalah sehari-hari kemudian menarik kesimpulan dari masalah tersebut.