REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Abu Thalhah Muhammad Yunus Abdussttar dalam kitabnya "Kaifa Tastafidumi min al-Haramain asy-Syarifain Ayyuha az-Zair wa al-Muqim Ahwal an-Nabi fi al-Hajj" mengakui bahwa Allah SWT telah memberikan taufik kepadanya beberapa kali untuk dapat menjalankan sunnah Rasulullah SAW.
"Segala puji bagi Allah karena aku telah meninggalkan keluargaku ketika mereka sedang tidur di malam hari, baik di musim dingin ataupun panas," katanya.
Abu Talhah menuturkan bahwa dia ketika itu keluar dari rumahnya yang berada di timur al-Hurrah di samping rumah sakit Al-Uyun di kota Madinah. Dia pun pergi hingga sampai ke Baqi.
"Aku mengucapkan salam kepada penghuni Baqi seperti yang disunnahkan Rasulullah. Aku pun berdiri dan melaksanakan sholat cukup lama. Setelah itu aku angkat kedua tanganku sebanyak tiga kali dan berdoa bagi mereka seperti berdoa Rasulullah untuk mereka. Semua itu sebagai bentuk pengamalan hadits Rasulullah," katanya.
Abu Talhah mengatakan apa yang telah dilakukannya itu adalah dalam rangka pengamalan sunnah Rasulullah berjalan kaki di waktu malam. Baik di pertengahan malam atau di sepertiga akhir malam, yang tidak lain hanya bertujuan untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
"Demi Allah terdapat kegembiraan dan kenikmatan tersendiri bagi orang-orang yang mengikuti sunnah Rasulullah. Sedangkan orang yang belum pernah merasakannya, dia tidak akan dapat merasakan kenikmatan tersebut," katanya.
Abu Talhah menuturkan dia memilih malam-malam di musim dingin dan musim panas dalam rangka melaksanakan sunnah Rasulullah dan berharap agar secara kebetulan malam yang dia gunakan untuk berziarah itu sama dengan malam yang digunakan Rasulullah untuk berziarah.
Demikian pula yang memilih cuma hari yang ada dalam sepekan karena dalam beberapa hadits Rasulullah tidak pernah menyebutkan hari-hari tertentu.
Untuk itu, dia berpesan kepada seluruh orang Muslim untuk dapat mengunjungi tanah Suci, laksanakanlah sunnah Rasulullah ini (berziarah) dan semoga Allah memberikan rezeki kepada manusia, meski hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup.
"Setelah itu perhatikanlah apa yang kamu lihat dari manisnya iman, kelejatan iman, kesenangan dan kegembiraan seperti apa yang kamu dapatkan," katanya.