Kamis 31 Dec 2020 06:54 WIB

Pemulihan Ekonomi Kerek IHSG ke Level 6.800 pada 2021

IHSG 2021 bisa menguat lebih tinggi didorong pemulihan ekonomi dan vaksin.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/12). Bursa saham diperkirakan akan tumbuh positif pada 2021.
Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/12). Bursa saham diperkirakan akan tumbuh positif pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa saham diperkirakan akan tumbuh positif pada 2021. Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi Bahana TCW, Budi Hikmat, mengatakan perbaikan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi naik didorong oleh sentimen pemulihan ekonomi dalam negeri.

Budi memproyeksikan IHSG akan berada pada level 6.800 pada tahun depan. Sepanjang November 2020, IHSG telah menguat 12,77 persen dan telah berada pada level 5.783. Meski demikian, IHSG masih belum berada di level pada awal tahun, saat di level 6.323. 

"Pertumbuhan tersebut akan didukung oleh sentimen-sentimen perbaikan ekonomi Indonesia tahun depan, dan harapan akan vaksin yang mulai didistribusikan," kata Budi belum lama ini.

Budi menyatakan ada beberapa faktor pendorong yang menyebabkan IHSG berpotensi di level 6.800 pada tahun depan. Pertama, penyaluran stimulus dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah mencapai 78 persen. 

Kedua, sinyal pertumbuhan kredit yang perlahan tumbuh. Selain itu, aliran dana asing juga mulai masuk sejak Oktober dan kian meningkat pada November lalu. Aliran dana asing ini didorong dari terpilihnya Joe Bidden sebagai Presiden AS.

"Ini memberi harapan adanya perubahan pada sejumlah kebijakan yang mendorong rotasi investasi ke negara berkembang," tutur Budi.

Pertumbuhan positif pasar saham pada tahun depan juga ditopang oleh kinerja keuangan emiten yang menunjukkan perbaikan di kuartal III tahun ini. Sejauh ini total laba bersih emiten di kuartal ketiga cukup baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, tumbuh 35 persen secara kuartalan dan koreksinya secara tahunan mengecil menjadi sekitar 30 persen.

Jumlah emiten yang berhasil membukukan laba di atas ekspektasi juga meningkat. "Tren pemulihan pertumbuhan earnings perusahaan ini sejalan dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik," kata Portfolio Manager Equity Manulife Aset Manajemen Indonesia, Andrian Tanuwijaya.

Faktor lainnya yang mendukung pertumbuhan yaitu pengesahan Omnibus Law. Menurut Andrian, reformasi regulasi ini berpotensi menjadi sumber baru pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah hingga panjang khususnya di bidang investasi. 

Di sisi lain, Andrian melihat, terdapat beberapa risiko yang harus dicermati para investor. Perkembangan vaksin merupakan salah satu faktor utama pemicu optimisme pasar karena diyakini dapat menjadi solusi penyebaran pandemi dan mengembalikan aktivitas kehidupan dan ekonomi menjadi lebih normal. Penundaan ketersediann vaksin akan menjadi sentimen negatif bagi pasar saham. 

Sentimen negatif lainnya implementasi omnibus law yang tidak dijalan dengan baik. "Jika peraturan pendukung tidak keluar tepat waktu dan tepat sasaran maka dapat menganggu pemulihan ekonomi karena dibutuhkan peraturan pendukung yang kuat untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Andrian. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement