Kamis 31 Dec 2020 10:19 WIB

Keren! RI akan Punya Pusat Sel Baterai Pertama di Dunia

Indonesia fokus memasuki industri kendaraan listrik yang terintegrasi secara global.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Visi masa depan industri Indonesia semakin terang benderang dan kompetitif. Kini, Indonesia serius memasuki industri kendaraan listrik yang terintegrasi secara global.

Kementerian BUMN hari ini menyatakan Indonesia akan segera memiliki pusat industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia. Pengembangan industri ini akan dilakukan perusahaan electric vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan LG Energy Solution Ltd yang bekerja sama dengan konsorsium BUMN. 

LG Energy Solution merupakan bagian dari LG Chem, anak perusahaan dari konglomerasi LG Group. 

Proyek kerja sama investasi yang baru diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada 29 Desember 2020 ini merupakan hasil tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Moon Jae In di Busan pada bulan November 2019 lalu.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bersama Kementerian BUMN dan Kementerian/Lembaga terkait lainnya melakukan berbagai pertemuan tindak lanjut dengan pihak LG. 

Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan serangkaian proses negosiasi yang panjang telah dilakukan dengan berpedoman pada prinsip saling percaya dan bertujuan untuk saling menguntungkan. 

Hasilnya, kata Erick, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan LG Energy Solution di Seoul, Korea Selatan pada 18 Desember 2020. 

Penandatanganan ini disaksikan oleh Menteri Perdagangan, Perindustrian, dan Energi Korea Selatan Sung Yun-mo. 

MoU berisi tentang kerja sama proyek investasi raksasa dan strategis di bidang industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri prekursor dan katoda dengan nilai rencana investasi mencapai USD9,8 miliar.

Hal lain yang juga menjadi bagian dari nota kesepahaman adalah memprioritaskan produk lokal untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas industri nasional. 

Pemerintah Indonesia juga memastikan bahwa proyek investasi raksasa ini akan menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja Indonesia. 

Saat ini negara-negara di dunia telah mencanangkan pengurangan konsumsi bahan bakar dan pengurangan emisi karbondioksida (CO2) dan pencanangan penerapan kendaraan listrik sebanyak 15-100% dari total kendaraan yang beredar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement