REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--American Airlines kembali menerbangkan Boeing 737 Max dari Miami ke New York, Amerika Serikat pada Selasa (29/12). Hal itu merupakan penerbangan komersial pertama sejak pesawat tersebut dilarang terbang menyusul dua kecelakaan yang menewaskan banyak penumpang beberapa waktu lalu.
Juru bicara American Airlines menyampaikan Boeing 737 membawa 87 penumpang dengan pesawat 172 kursi dari Miami ke New York, dan 151 penumpang dalam rute York ke Miami.
Dilansir AP, Federal Aviation Administration (FAA) pada bulan lalu menyetujui perubahan yang dilakukan Boeing ke dalam sistem kontrol penerbangan otomatis yang terlibat dalam kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia yang menewaskan 346 orang secara keseluruhan. "Dalam kedua kecelakaan, sistem komputer mendorong hidung pesawat ke bawah berulang kali berdasarkan pembacaan sensor yang salah dan pilot tidak dapat mengendalikan pesawat kembali," bunyi keterangan dari FAA.
FAA telah memberi jalan bagi maskapai penerbangan AS tersebut untuk melanjutkan penggunaan pesawat jika perubahan tertentu dilakukan dan pilot diberikan pelatihan tambahan termasuk waktu dalam simulator penerbangan.
Maskapai Gol Airlines Brasil mengoperasikan penerbangan penumpang pertama dengan Max yang diubah pada 9 Desember. Sejak itu, layanan pelacakan Flightradar 24 dan perusahaan data penerbangan Cirium menyebut Gol dan Aeromexico telah mengoperasikan sekitar 600 penerbangan mereka dengan jet Max.
American Airlines sendiri berencana melakukan perjalanan pulang-pergi sehari antara Miami dan New York dengan jet Max hingga 4 Januari sebelum menempatkan pesawat di lebih banyak rute. Sementara; United Airlines berencana melanjutkan penerbangan Max pada Februari, dan Southwest Airlines mengharapkan untuk menyusul pada Maret.
Ketiga maskapai mengatakan mereka akan memberi pelanggan kesempatan untuk mengubah penerbangan jika mereka merasa tidak nyaman terbang dengan Max.
Max telah mengalami grounded di seluruh dunia pada Maret 2019 atau beberapa hari setelah kecelakaan kedua. Laporan oleh komite DPR dan Senat menyalahkan Boeing dan FAA karena kegagalan dalam proses sertifikasi pesawat. Penyelidik Kongres menemukan dokumen internal Boeing di mana karyawan perusahaan menyampaikan masalah keamanan dan membual tentang penipuan regulator.
Administrator FAA yang juga mantan pilot militer dan maskapai penerbangan, Stephen Dickson, telah mengoperasikan penerbangan uji coba pada September dan menjamin keselamatan pesawat tersebut. Pun dengan Presiden American Airlines Robert Isom yang berada pada penerbangan perdana tersebut.
Beberapa kerabat orang yang tewas dalam pesawat Max yang dioperasikan oleh Ethiopian Airlines berpendapat pesawat tersebut masih belum aman. Mereka dan pengacara mengatakan Boeing menolak menyerahkan dokumen tentang desain dan pengembangan pesawat. "Yang benar adalah 346 orang sekarang tewas karena Boeing mengambil jalan pintas, berbohong kepada regulator, dan hanya menganggap ini sebagai biaya menjalankan bisnis," ujar Yalena Lopez-Lewis, yang suaminya meninggal dalam kecelakaan itu, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh pengacaranya. "Sangat menyebalkan American Airlines sebenarnya memberi penghargaan kepada Boeing atas proses korup dan bencana yang menyebabkan Max," ucap Yalena.
Seorang warga negara Inggris yang ayahnya juga meninggal dalam kecelakaan Ethiopia, Zipporah Kuria, menyoroti perwakilan Boeing melatih pilot uji FAA meninjau pembaruan Boeing ke sistem kontrol penerbangan Max pada pengungkapan baru-baru ini dalam laporan komite Senat. "Kepemimpinan Boeing masih penuh dengan tipu daya. Prioritas mereka bukan pada keselamatan konsumen," kata Zipporah.
Juru bicara Boeing Bernard Choi mengatakan perusahaan telah memperoleh banyak pelajaran penting dari kecelakaan itu dan berkomitmen untuk keselamatan. "Kami terus bekerja sama dengan regulator global dan pelanggan kami untuk mendukung pengembalian armada yang aman ke layanan di seluruh dunia," ujar Choi.
Kembalinya pesawat Boeing Max 737 mengangkasa di langit AS merupakan dorongan besar bagi Boeing yang telah kehilangan miliaran dolar AS selama larangan terbang karena tidak dapat mengirimkan pesawat baru kepada para pelanggan maskapai. Boeing telah menghapus lebih dari 1.000 jet Max dari simpanannya karena maskapai penerbangan membatalkan pesanan atau penjualan tidak pasti karena krisis pandemi yang mencengkeram industri perjalanan.