REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kepala Eksekutif AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan pihaknya akan menguji keampuhan vaksin yang dikembangkannya terhadap varian baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. Menurutnya, sejauh ini para peneliti cukup yakin vaksin tersebut jitu.
"Sejauh ini, kami pikir vaksin harus tetap efektif (terhadap varian baru SARS-Cov-2). Namun kami tidak yakin, jadi kami akan mengujinya," kata Soriot saat diwawancara Sunday Times dilaporkan Associated Press pada Kamis (31/12).
Soriot pun menanggapi munculnya kekhawatiran atas vaksin yang dikembangkan perusahaannya bersama Universitas Oxford. Dalam konteks ini, vaksin AstraZeneca disebut tak seampuh Pfizer. Jika Pfizer memiliki tingkat keefektifan di atas 90 persen, AstraZeneca hanya sekitar 70 persen.
"Kami pikir kami telah menemukan formula kemenangan dan bagaimana mendapatkan kemanjuran yang, setelah dua dosis, sesuai dengan (vaksin) yang lainnya. Saya tidak dapat memberi tahu Anda lebih banyak karena kami akan menerbitkannya nanti," kata Soriot.
Inggris telah menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca pada Rabu (30/12). Inggris menjadi negara pertama yang mengambil keputusan tersebut.
“Pemerintah hari ini telah menerima rekomendasi dari Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan (MHRA) untuk mengesahkan vaksin Covid-19 Universitas Oxford/AstraZeneca untuk digunakan,” kata Kementerian Kesehatan Inggris dalam sebuah pernyataan.