Jumat 01 Jan 2021 18:45 WIB

Ayah PM Inggris Boris Johnson Ajukan Kewarganegaraan Prancis

Saat Brexit berlaku, Stanley Johnson ungkap sedang ajukan kewarganegaraan Prancis

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Saat Brexit resmi berlaku, Stanley Johnson ungkap sedang ajukan kewarganegaraan Prancis. Ilustrasi.
Foto: Neil Hall/EPA
Saat Brexit resmi berlaku, Stanley Johnson ungkap sedang ajukan kewarganegaraan Prancis. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Inggris secara resmi keluar dari Uni Eropa atau dikenal dengan Brexit. Di saat yang bersamaan, ayah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengaku bahwa dirinya tengah dalam proses mengajukan kewarganegaraan Prancis.

Stanley Johnson adalah mantan anggota parlemen Eropa yang memilih untuk tetap berada di blok tersebut dalam referendum Uni Eropa 2016 di Inggris. Dia mengatakan kepada radio RTL bahwa dia ingin menjadi warga negara Prancis karena hubungan turun temurun keluarga yang kuat dengan Prancis.

Baca Juga

Jika pengajuannya diterima, Stanley akan memiliki warga negara ganda dan memperoleh paspor dari negara anggota Uni Eropa. Hal ini juga akan memberinya beberapa keuntungan dalam hal perjalanan.

"Jika saya memahaminya dengan benar, saya orang Prancis. Ibu saya lahir di Prancis, ibunya sepenuhnya orang Prancis seperti halnya kakeknya. Jadi bagi saya, ini tentang mendapatkan kembali apa yang sudah saya miliki. Dan itu membuat saya sangat bahagia," kata Stanley Johnson yang berbicara dalam bahasa Prancis dikutip laman Aljazirah, Jumat (1/1).

"Saya akan selalu menjadi orang Eropa, itu pasti. Orang tidak bisa mengatakan kepada orang Inggris: Anda bukan orang Eropa. Memiliki ikatan dengan Uni Eropa itu penting," ujar pria 80 tahun itu.

Putranya, Boris Johnson, adalah wajah publik dari kampanye Leave atau Tinggalkan dalam referendum 2016. Boris mengatakan Inggris bisa makmur sebagai negara yang berdaulat penuh di luar Uni Eropa yang terlalu birokratis.

Namun pada Rabu (30/12) lalu, perdana menteri Boris Johnson mengeluarkan catatan yang lebih damai karena parlemen menyetujui kesepakatan perdagangan baru dengan Uni Eropa. "Ini bukan akhir dari Inggris sebagai negara Eropa. Kami dalam banyak hal adalah peradaban Eropa klasik dan kami akan terus seperti itu," kata dia.

Inggris secara resmi meninggalkan orbit Uni Eropa pada Kamis malam, setelah sering bekerja selama 48 tahun dengan proyek Eropa yang terbilang tegang. Langkah tersebut akan membuat warga Inggris kehilangan hak otomatis untuk tinggal dan bekerja di 27 negara Uni Eropa, meski mereka yang memiliki kewarganegaraan ganda masih dapat melakukannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement