REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah mewajibkan umat Muslim untuk berbakti kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu. Allah berfirman dalam surat Lukman ayat 14,
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Wa waṣṣainal-insāna biwālidaīh, ḥamalat-hu ummuhụ wahnan 'alā wahniw wa fiṣāluhụ fī 'āmaini anisykur lī wa liwālidaīk, ilayyal-maṣīr.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”
Dikutip dalam buku Dahsyatnya Doa Ibu oleh ustadz Syamsuddin Noor, penyebutan kata “Al-Wahn” adalah kelemahan, kelemahan yang bertambah-tambah. Sehingga dimaksudkan dalam konteks membesarkan anak, mulai dari masih dalam kandungan.
Tentunya, sangat berat bagi seorang ibu mengandung selama sembilan bulan ditambah rasa sakit saat melahirkan. Bahkan, nyawa pun menjadi taruhannya. Setelah melahirkan, ia menyusui selama dua tahun, lalu membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang.
Oleh karena itulah, Allah menyejajarkan perintah sikap bersyukur kepada orang tua khususnya ibu dengan perintah bersyukur kepada-Nya. Ini menunjukkan jasa kedua orang tua, terutama ibu bagi manusia berada setelah keutamaan Allah di atasnya.