REPUBLIKA.CO.ID, oleh Christianingsih*
Pada 25 Mei 2020, George Floyd, yang merupakan seorang laki-laki kulit hitam dicekik dengan lutut oleh petugas polisi Minneapolis bernama Derek Chauvin. Videonya pencekikan yang berujung maut itu menjadi viral.
Kepala Polisi Minneapolis Medaria Arradondo memecat empat petugas yang terlibat dalam pembunuhan Floyd. Kematian pria 46 tahun itu di tangan polisi memicu protes anti-rasisme tak hanya di Amerika Serikat (AS) tapi juga berbagai belahan dunia.
Pandemi Covid-19 tak menghentikan gelombang masyarakat untuk turun ke jalan menyuarakan kesetaraan bagi kaum kulit hitam. Di AS saja, lebih dari 15 juta warga turun ke jalan selama musim panas tahun ini.
Pada 1 Juni 2020, hasil autopsi menunjukkan George Floyd meninggal karena dibunuh. Di hari yang sama, Trump mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk menekan pengunjuk rasa. Hal ini dilakukan lantaran unjuk rasa yang makin meluas di AS disertai dengan kekerasan, penjarahan, hingga memakan korban jiwa.
Belakangan, Derek Chauvin dikenakan pasal pembunuhan tingkat tiga dan dua. Vonis maksimal dakwaan terhadapnya 35 tahun penjara. Namun vonis itu tak menghentikan protes di bawah bendera #BlackLivesMatter. Orang-orang dari berbagai kalangan menyuarakan #BlackLivesMatter sebagai simbol kesetaraan kaum kulit hitam.
Latar Belakang Gerakan
Gerakan #BlackLivesMatter pertama kali muncul pada 13 Juli 2013 di Los Angeles. Gerakan ini muncul sebagai respons atas pembebasan pembunuh Trayvon Martin. Trayvon Martin adalah remaja Afrika-Amerika berusia 17 tahun dari Miami yang ditembak mati di Sanford, Florida oleh George Zimmerman.
#BlackLivesMatter dicetuskan oleh tiga wanita Afrika-Amerika yakni Alicia Garza, Opal Tometi, dan Patrisse Cullors. Ketiganya juga mengalami diskriminasi karena warna kulit dan ras mereka. Gerakan #BlackLivesMatter bertujuan mengikis stereotip yang melekat pada komunitas Afrika-Amerika dan menghilangkan diskriminasi yang selama ini banyak mereka terima.
Unjuk rasa #BlackLivesMatter yang dipicu oleh kematian George Floyd tak hanya menggemakan penghapusan diskriminasi. Beberapa patung-patung tokoh yang dianggap berperan mendukung perbudakan kulit hitam ikut digulingkan. Di antaranya adalah Patung Robert Milligan. Dia adalah seorang pedagang budak sekaligus pengusaha kebun gula di Inggris. Patungnya diturunkan dari halaman Museum London Docklands.
Sekelompok masyarakat di Belgia menyerukan agar patung-patung Leopold II, raja yang paling lama memerintah negara itu, dibongkar. Patung raja era kolonial di kota Ghent, Belgia, dilumuri cat merah dengan kain bertuliskan I can't breathe (Saya tidak bisa bernapas) menutupi kepalanya. Kata-kata "saya tidak bernapas" diucapkan George Floyd ketika Derek Chauvin berlutut di lehernya hingga Floyd meninggal.
Amerika Telah Kembali
Kematian George Floyd memberi dampak besar pada pemilihan presiden AS tahun ini. Calon presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden memilih Senator Kamala Harris sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres), Harris menjadi perempuan kulit hitam pertama dalam sejarah Amerika yang ditunjuk dalam posisi tersebut.
Menurut Neera Tanden, presiden Center for American Progress, pemilihan Biden atas seorang wanita kulit hitam dengan orang tua India dan Jamaika menunjukkan bahwa Biden menjalankan kampanye yang sangat berbeda dari rivalnya, Donald Trump. Harris yang merupakan wanita Afrika-Amerika atau Afro-Amerika diandalkan Biden untuk memobilisasi pemilih Afrika-Amerika yang loyal memilih Partai Demokrat AS.
Empat tahun lalu dalam Pemilu 2016, jumlah pemilih kulit hitam di AS mengalami penurunan sejak 20 tahun terakhir. Hal itu kemudian menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Hillary Clinton kalah melawan Trump.
Biden menyadari selama ini kampanyenya didominasi oleh pemilih kulit hitam. Terlebih kala itu situasi di AS tidak kondusif akibat pembunuhan George Floyd.
Dengan menggandeng Harris sebagai wakilnya, Biden ingin mendulang suara sebanyak mungkin dari pemilih kulit hitam. Mereka akan menjadi penentu suara di negara bagian seperti Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin.
Strategi kampanye Biden berbuah manis. Ia sukses menjadi pemenang pemilihan presiden AS mengalahkan Donald Trump.