REPUBLIKA.CO.ID, Islam menghendaki agar manusia bebas dari segala bentuk kepatuhan kepada apa dan siapa pun kecuali kepada Allah SWT.
Pendiri Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta, Prof Quraish Shihab, menjelaskan ketika seorang Muslim menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, maka dia pada hakikatnya menolak segala bentuk kepatuhan kepada selain Allah.
Oleh karena itu, bagi manusia yang patuh mengikuti kehendak nafsunya atau dorongan syahwatnya maka dia dinilai Alquran menjadikan syahwatnya sebagai Tuhan. Allah berfirman dalam surat Al-Furqan ayat 43 :
اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ A ra`aita manittakhaża ilāhahụ hawāh, a fa anta takụnu 'alaihi wakīlā. “Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?”
Sementara di ayat lain, bagi mereka yang terpedaya oleh syahwatnya, Allah menutup telinga, hati, dan mata mereka padahal di antara itu ada penghalang. Namun, penghalang tersebut buta untuk melihat kebenaran atau kebaikan.” Allah berfirman dalam surat Al-Jatsiyah ayat 23 :
اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
A fa ra`aita manittakhaża ilāhahụ hawāhu wa aḍallahullāhu 'alā 'ilmiw wa khatama 'alā sam'ihī wa qalbihī wa ja'ala 'alā baṣarihī gisyāwah, fa may yahdīhi mim ba'dillāh, a fa lā tażakkarụn.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”