REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Nama Abdul Qadir bin Muhyiddin al-Hasani (Abd el-Kader ibn Muhieddine) adalah di kalangan masyarakat Aljazair adalah legenda dalam sejarah perjuangan umat Islam.
Perjuangannya dalam melawan kolonialisme Prancis bukan hanya menginspirasi rakyat negerinya, melainkan juga kalangan humanis di Amerika dan Eropa, bahkan termasuk Prancis.
Salah satu buktinya, sebuah kota di negara bagian Iowa, Amerika Serikat (AS), di namakan sebagai Elkader untuk mengenang kepahlawanan figur berjuluk Elang Padang Pasir tersebut.
Qaid Ibrahim, penguasa dari Kesultanan Ottoman dan gubernur di Aljazair, berhasil diyakinkan. Persatuan yang diperlukan pun terwujud. Bahkan, pada Februari 1834 Prancis mengakui secara de facto kedaulatan negara yang dibentuk Abdul Qadir di Aljazair Barat.
Kedua belah pihak kemudian menyepakati perjanjian damai setelah Pertempuran Macta yang dimenangkan pasukan gerilya Aljazair pada 28 Juni 1835.
Hasil dari kesepakatan itu, Prancis membuka konsulatnya di Mu'askar. Sebaliknya, Abdul Qadir pun diizinkan untuk mendirikan perwakilan di kota-kota pendudukan Prancis, seperti Oran dan Arzew.