REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian perempuan merasa tak percaya diri bila memiliki masalah pori-pori besar di kulit wajah. Namun, kulit berpori-pori besar sulit dihindari, khususnya bagi perempuan di negara tropis, termasuk Indonesia.
Dokter spesialis kulit dan kelamin, Kardiana Purnama Dewi, menjelaskan bahwa ada sejumlah penyebab di balik pori-pori besar. Ada faktor genetik, perubahan hormon, produksi kelenjar minyak berlebih, maupun efek penuaan akibat bertambahnya usia.
Paparan sinar matahari dan gaya hidup yang tidak sehat juga dapat memengaruhi kondisi kulit dan membuatnya kehilangan elastisitas sehingga pori-pori tampak lebih besar. Paparan debu atau make up yang tidak dibersihkan pun berpotensi menjadi penyebab.
Dewi menyampaikan, kulit terdiri dari tiga lapisan, yakni epidermis, dermis, dan hipodermis. Pada lapisan kulit kedua, yakni dermis, terdapat kelenjar minyak yang bermuara pada folikel rambut.
Apabila kadar minyak pada wajah berlebihan, tentunya membuat saluran kelenjarnya membesar. Otomatis, pori-pori kelihatan lebih besar. Akan tetapi, membesarnya pori-pori tidak semata-mata dipengaruhi itu saja.
"Pori-pori dipengaruhi banyak faktor. Pori-pori yang membesar karena tersumbat debu atau kotoran, dan pori-pori yang membesar karena menua juga berbeda," kata Dewi, dalam pertemuan di Jakarta, belum lama ini.
Selain itu, pori-pori besar bisa diakibatkan berkurangnya kemampuan sel untuk beregenerasi akibat proses penuaan. Kolagen dan elastin yang susut dapat membuat kulit tidak lagi kencang, sehingga mulai terlihat pori-pori yang besar.
Manifestasi proses penuaan itu biasanya terlihat pada usia 30-an, akan tetapi sebagian orang juga sudah mengalaminya mulai umur 20-an. Karena itu, Dewi menyarankan untuk merawat dan menjaga kesehatan kulit sejak dini. Solusinya, bersihkan wajah secara teratur agar sel-sel kulit mati bisa terbuang secara alami.
"Sel-sel kulit kita terus beregenerasi, normalnya setiap 21-28 hari otomatis akan tergantikan dengan yang baru," ungkap Dewi.