REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setiap amal perbuatan dalam Islam dihitung pahala yang berlipat ganda. Agar amal perbuatan bermanfaat mesti ikhlas dikerjakan karena Allah SWT bukan karena perkara lain.
Habib Zein Al-Hiyyed, guru majelis taklim di Tegal Jawa Tengah menyampaikan, amal perbuatan mesti dikerjakan karena Allah SWT sahih haditsnya:
عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : إنما الأعمال بالنيات ، و إنما لكل امرئ ما نوى ، فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها ، او امراة ينكحها فهجرته الى ما هاجر اليه (رواه البخاري و مسلم)
Dari Umar bin Khattab RA, berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Segala Amal perbuatan hendaklah dengan niat, dan seseorang hanya mendapatkan balasan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka (balasan) hijrahnya itu sesuai apa yang diniatkan nya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Habin Zein menyampaikan sebab hadist di atas. Menurutnya bahwa Ibnu Mas'ud RA berkata, ”Seseorang lelaki melamar seorang perempuan yang dikenal dengan nama "Ummu Qais" perempuan tersebut menolak dan memberi syarat ,untuk menikahinya lelaki tersebut harus berhijrah terlebih dahulu ke Madinah, dia pun akhirnya berhijrah dan dan kemudian menikah.”
Para sahabat RA tidak menyebutkan nama lelaki tersebut untuk menutupi hal yang tidak bagus dari seorang Muslim walaupun sebenarnya sesuatu yang dilakukan adalah mubah dan bukan haram. Lelaki tersebut dikenal dengan sebutan "muhajir Ummu Qais" karena niatnya berhijrah dari Makkah ke Madinah adalah untuk menikahi perempuan yang dicintainya bukan untuk mendapatkan pahala berhijrah bersama Nabi Muhammad SAW.