Ahad 03 Jan 2021 07:38 WIB

Risma Cerita Pengalaman Rawat Anak Jalanan di Surabaya

Sebagai Mensos, Risma akan memetakan masalah anak jalanan nasional.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indira Rezkisari
Tri Rismaharini resmi diangkat Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Sosial.
Foto: GALIH PRADIPTA/ANTARA FOTO
Tri Rismaharini resmi diangkat Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini memaparkan pengalamannya membina anak jalanan selama menjadi Wali Kota Surabaya. Di antara sekian banyak anak jalanan yang dibina Pemerintah Kota Surabaya, salah satu berjuluk Bledhek.

Bledhek (Bahasa Jawa) atau petir dalam bahasa Indonesia merupakan contoh sukses pembinaan anak jalanan. Saat bertemu pertama kali, Risma melihat Bledhek badannya penuh tato. Risma menantang, akan membina Bledhek menjadi anak yang berguna asal dia mau sungguh-sungguh berubah.

Baca Juga

"Ada namanya Bledhek. Saya tanya kamu mau ikut ibu nggak. Badannya penuh tato, di sini dan dan sini. Kalau mau ikut ibu dan sekolah hapus (tatonya) semua. Tiga tahun lalu Bledhek jadi paskibraka di Balai Kota Surabaya. Dan dua tahun lalu dia kuliah di salah satu PTN di Surabaya, " kata Risma, Sabtu (2/1).

Hal ini ia ceritakan dalam pertemuannya dengan anak-anak jalanan di Yayasan Mojopahit di Balong Cangkring (BC), Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Dalam kesempatan itu, Mensos Tri Rismaharini berkesempatan menghubungi Bledhek melalui saluran telepon dan diperdengarkan suaranya di hadapan anak-anak yang tumbuh di kawasan eks lokalisasi BC. Risma minta Bledhek menceritakan kisah lalu sebelum mendapatkan pembinaan Pemkot Surabaya.

Namun tampaknya, penjelasan Bledhek sebatas kesan-kesan sekilas. Sehingga Risma beberapa kali memotong pernyataannya. "Kamu ditangkap Satpol PP kan. Kamu malu ya. Ya sudahlah," kata Mensos.

Kepada anak-anak tersebut, Risma ingin menjadikan kisah Bledhek sebagai contoh. Bahwa bila mereka bersunggguh-sungguh mau berubah menjadi lebih baik, maka kesempatan itu terbuka lebar.

Mensos memberikan dukungan dan membangkitkan motivasi anak-anak yang mengalami gangguan psikologis karena pernah tumbuh di lokalisasi. Ia meminta anak-anak jalanan ini tidak lari dan berani menghadapi kenyataan.

"Jangan lari. Kalau kalian lari dari kenyataan, lalu lari ke narkoba, itu lebih berat lagi. Karena kalau kalian ke narkoba maka tidak akan bisa kembali," katanya.

"Ayo anak-anak. Mau ikut ibu nggak? Tapi kalian harus bersungguh-sungguh. Memang sulit. Tidak mudah. Tapi kalau kalian mau ikut ibu mau berubah harus sekarang. Jangan menyesal kalau sudah tua. Tidak ada gunanya," sambung Mensos.

Untuk penanganan terhadap berbagai permasalahan tersebut, Mensos mengatakan akan memetakan apa yang hendak dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat yang ia temui. Menurut Risma, setiap tempat yang ia kunjungi permasalahnnya berbeda-beda. Untuk itu pihaknya harus memetakan terkait persoalan dan mencari solusinya.

“Jadi kita coba memetakan apa-apa yang bisa kita lakukan, sehingga kami bisa mereview baik sumber daya yang ada di kami ataupun anggarannya," katanya.

Di Mojokerto, Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ia temui berbeda dengan di lokasi lain. “Ini tadi ada lansia, pengemis, tukang becak, anak jalanan, lah itu treatment beda dengan yang saya lakukan misalnya di Ponorogo,” katanya.

Lebih lanjut, dalam pencarian solusi, para penghuni eks lokalisasi ini tidak hanya sekedar diberi bantuan. Akan tetap, Risma berharap bantuan yang diberikan mampu membuat para penghuni eks lokasisasi ini mandiri.

“Jadi tidak hanya sekedar dibantu lalu dilepas. Tidak bisa kalau hanya sekedar pendampingan dan pelatihan, marketing nantinya juga kita akseskan. Termasuk dengan bangunan yang ada di sini,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Mensos menyerahkan secara simbolik bantuan beras Rp 24 juta, bantuan untuk Institusi Penerima Wajib Lapor se-Jawa Timur Rp 166 juta, 80 paket nutrisi untuk 80 anak dampingan Yayasan Majapahit senilai Rp 24 juta, dan terintegrasi dan pembinaan lanjut IPWL Yayasan Eklesia Rp 36 juta.

Selain di Balong Cangkring, rombongan Mensos yang didampingi Dirjen Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat juga menyapa warga penderita kusta di Desa Sumber Glagah, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Di desa ini, terdapat ratusan orang yang menderita kusta.

Kemensos akan mengkomunikasikan penanganan para penderita dengan Kemenkes terkait dukungan obat. "Kita bisa supply terus ke warga sini nanti. Kita kan nggak bisa diam melihat ini," kata Bu Risma

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement