REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifudin mengatakan rencana menaikkan harga tempe dan tahu mulai Senin (4/1) merupakan konsekuensi dari naiknya harga kedelai di pasar dunia.
Aip menyampaikan harga kedelai pada dua bulan hingga tiga bulan lalu masih berada di angka Rp 6 ribu per kg sampai Rp 7 ribu per kg, namun saat ini, harga kedelai melonjak hingga Rp 9.300 per kg. Angka tersebut belum termasuk ongkos produksi."Di samping biaya produksi, harga kedelai dunia juga naik karena permintaan yang luar biasa dari Cina," ujar Aip, Ahad (3/1).
Aip menjelaskan tata niaga kedelai menganut sistem perdagangan bebas sehingga kenaikkan harga kedelai dunia tentu akan berpengaruh bagi Indonesia. Sebelum adanya perang dagang antara Cina dengan Amerika Serikat (AS), negeri Tirai Bambu mengimpor sekitar 65 juta ton hingga 75 juta ton kedelai dari AS, Brasil, dan Argentina setiap tahunnya. Pesanan kedelai Cina mengalami penurunan akibat perang dagang akibat adanya pengenaan bea masuk.
Berdasarkan data United State Export Soybean setelah perang dagang, kata Aip, Cina telah memesan 100 juta ton kedelai dari AS, Brasil, dan Argentina. Aip menyebut Cina memesan beragam jenis kedelai, mulai dari kedelai kelas satu hingga kedelai kelas empat, baik untuk makanan ternak, konsumsi masyarakat, hingga bahan baku untuk fish oil."United State Export Soybean bilang banyaknya pesanan kedelai dari Cina karena untuk persiapan Imlek. Selain itu, pemulihan ekonomi di Cina juga sudah berjalan," ucap Aip.