Ahad 03 Jan 2021 14:31 WIB

Kedelai Mahal, Pedagang Tempe di Banyumas Kalang Kabut

Pedagang harus mengakali produk tahu agar tetap laku dijual.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dwi Murdaningsih
Kedelai
Kedelai

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Perajin tempe tahu di Kabupaten Banyumas, dibuat kelimpungan dengan tingginya harga kedelai. Mereka mengeluhkan kenaikan harga bahan baku tahu tempe, yang dinilai naik terlalu tinggi.

''Saya tidak tahu kenapa, kok naiknya tinggi sekali. Biasanya, kami membeli kedelai eceran paling tinggi Rp 9.000 per kg. Tapi sekarang, sudah naik sampai Rp 13 ribu per kg,'' kata Sumirah, perajin tahu di Desa Kalisari Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Ahad (3/1).

Baca Juga

Dia menyebutkan, dengan kenaikan setinggi itu, dia mengaku bingung bagaimana cara 'mengakali' produk tahunya agar bisa laku dijual. ''Biasanya, kami mengecilkan ukuran tahunya, agar harga tidak naik. Tapi dengan kenaikan harga yang sangat tinggi saat ini, mungkin tidak hanya ukuran tahunya saja yang dikecilkan. Harganya mungkin akan dinaikkan,'' katanya.

Menurutnya, bila hanya dikecilkan ukurannya tanpa dinaikkan harganya, maka ukuran tahu akan menjadi sangat kecil. ''Sedangkan kalau harganya dinaikkan terlalu tinggi, kami khawatir tahu kami menjadi tidak laku,'' jelasnya.

Keluhan serupa juga disampaikan Turiah (46), perajin tempe warga Desa Sokawera Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas. Menurutnya, kenaikan harga kedelai saat ini jauh lebih tinggi dari kenaikan harga pada tahun-tahun sebelumnya.

''Biasanya, suami saya beli kedelai seharga Rp 380 ribu per sak isi 50 kg. Tapi sekarang, naik menjadi Rp 500 ribu per sak,'' katanya.

Dia mengaku, kenaikan harga yang terlalu tinggi tersebut, membuatnya bingung untuk melanjutkan usahanya. ''Saya masih menunggu perajin lainnya mau bagaimana. Apakah akan menurunkan ukuran tempe dan menaikkan harga jual, atau bagaimana,'' katanya.

Turiah menyatakan, hampir setiap tahun harga kedelai selalu mengalami kenaikan. Setiap kali mengalami kenaikan, ukuran tempe yang dibuat perajin juga semakin kecil, karena tidak ingin memberatkan konsumen dengan menaikkan harga tempenya.

Namun dia menilai, selama lima tahun menggeluti usaha pembuatan tempe, baru kali ini harga kedelai mengalami kenaikan sangat tinggi. Dia menyebutkan, bila hanya mengurangi ukuran tempe yang dijual, maka ukuran tempe akan menjadi sangat kecil. Kemungkinan, selain mengurangi ukuran tempa yang dibuat, dia juga akan menaikkan harga tempe yang dibuatnya.

Perajin tahu dan tempe di Banyumas, kebanyakan menggunakan kedelai impor sebagai bahan bakunya. Hal ini mengingat kualitas kedelai impor, jauh lebih baik dibanding kedelai lokal.

''Sebenarnya ada kedelai lokal, tapi kualitasnya tidak terlalu baik. Selain  ukuran biji kedelainya lebih kecil, stoknya juga sering tidak ada di pedagang,'' jelas Turiah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement