Senin 04 Jan 2021 00:33 WIB

Influencer Diajak Kampanyekan Donor Plasma Konvalesen

Hanya ada 10 persen yang mau mendonorkan plasma konvalesen.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Donor plasma konvalesen para penyintas Covid-19.
Foto: Umarul Faruq/ANTARA FOTO
Donor plasma konvalesen para penyintas Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Pelaksana Program Pendampingan Rumah Sakit Darurat Lapangan Indrapura Surabaya Radian Jadid menyatakan akan menggandeng influencer untuk mengajak para penyintas Covid-19 mendonorkan plasma konvalesen. Ia mengakui, saat ini pihaknya masih mendapat kendala tentang bagaimana mendorong dan memotivasi para penyintas Covid-19 mendonorkan plasma konvalesen.

"Bisa jadi influencer atau pegiat medsos, karena sampai sekarang hanya ada 10 persen yang mau mendonor. Padahal setiap hari kan banyak yang membutuhkan. Kami konsentrasi betul dalam mengelola ini," kata Radian Jadid di Surabaya, Ahad (3/1).

Radian Jadid menyatakan, edukasi terhadap masyarakat maupun penyintas Covid-19 terkait donor plasma komvalesen sanagtlah penting. Apalagi pengobatan menggunakan plasma konvalesen diakuinya terbilang efektif, sambil menunggu diatribusi vaksin Covid-19.

"Selama ini saya kan relawan di RSLI, nah semuanya hampir setiap hari mendapatkan permintaan tentang plasma darah. Itu jumlahnya hari ini puluhan sampai ratusan," ujar Radian.

Radian mengaku, pihaknya kerap mengalami kendala terkait ketersediaan stok plasma konvalesen yang minim. Ia pun menyatakan telah menggelar sharing session dengan mengundang para penyintas Covid-19 dan Palang Merah Indonesia terkait donor plasma konvalesen. Harapannya para penyintas tersebut terketuk untuk mendonorkan plasmanya.

"Kendalanya selalu ketersediaan yang selalu habis terus, makanya kemarin kami undang semua (penyintas dan narasumber). Misalnya di PMI, itu kan kapasitasnya terbatas dan ada juga untuk penelitian," ujarnya.

Tidak semua penyintas Covid-19 bisa mendonorkan plasmanya. Kriteria pendonor adalah usia 17 sampai 60 tahun, swab terakhir harus negatif, donor dilakukan setelah 14 hari terhitung dari swab negatif terakhir, badan minimal 55 kilogram, tak pernah menerima transfusi darah, tidak mempunyai penyakit bawaan, dan diutamakan laki-laki dan perempuan yang belum mempunyai anak.

Untuk mekanismenya, pendonor akan diambil sampel darahnya untuk discreening dan diproses selama satu hari. Bila dinyatakan lolos screening, maka donor plasma dapat dilakukan di hari berikutnya. Untuk selanjutnya donor bisa dilakukan lagi dua pekan setelahnya, apabila masih terdapat cukup imun anti Covid-19 di tubuh pendonor.

Dr. Agi Herlina dari UTD RSUD dr. Soetomo menyampaiakan perlunya edukasi bagi para penyintas sejak dini agar kesiapan mereka menjadi pendonor plasmakonvalesen berdasaran kemauan sendiri. Ia menilai edukasi tentang kegunaan dan fungsi plasma konvalesen perlu digencarkan kepada masyarakat luas.

"Hal tersebut sangat penting dalam salah satu upaya memberikan pertolongan bagi para penderita Covid-19 kategori sedang dan berat. Keberadaan para penyintas covid-19 juga sangat berarti berkenaan dengan potensi mereka sebagai pendonor," kata dia.

Herlina menambahkan, untuk layanan donor plasma konvalesen dapat dilakukan di RSUD dr. Soetomo. Syarat-syarat sebagai pendonor juga lebih ringan dan leluasa dibandingkan dengan syarat di PMI. Salah satunya, untuk pendonor wanita yang sudah menikah, dapat diterima di UTD RSUD dr. Soetomo.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement