REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Mohammad Javad Zarif menyebut intelijen dari Irak mengindikasikan Israel sedang merencanakan serangan terhadap Amerika Serikat (AS). Tindakan ini dilakukan untuk mendorong AS agar berperang dengan Iran.
"Intelijen baru dari Irak menunjukkan bahwa agen-provokator Israel sedang merencanakan serangan terhadap Amerika. Ini menempatkan (Presiden Donald) Trump dalam ikatan dengan casus belli palsu (bertindak membenarkan perang)," kata Zarif dalam sebuah cuitan dilansir dari Alarabiya, Sabtu (2/1).
“Hati-hati dengan jebakan, @realDonaldTrump. Kembang api apa pun akan menjadi bumerang, ”tulis Zarif.
Dalam cuitan serupa pada Kamis (31/12), Zarif mengatakan bahwa intelijen dari Irak mengindikasikan Trump bertujuan untuk mengarang sebuah alasan untuk perang" melawan Iran.
"Iran tidak mencari perang tetapi tentunya langsung membela rakyatnya, keamanan & kepentingan vitalnya," tambahnya.
Casus belli adalah adalah frasa bahasa Latin modern yang berarti aksi atau insiden yang memicu peperangan. Casus artinya "insiden", dan belli artinya "perang".
Suatu pemerintahan yang mendeklarasikan perang akan menjelaskan sebab-sebabnya dan pembenaran perang tersebut dalam casus belli. Dengan menetapkan penyebab-penyebab yang jelas, pemerintahan itu menyampaikan bahwa perang merupakan jalan yang terakhir dan pemerintahan tersebut memiliki sebab yang benar untuk berperang.
Sabtu (2/1), merupakan hari yang menandai ulang tahun pertama pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani dalam serangan AS di Baghdad. Soleimani mengepalai Pasukan Quds, cabang luar negeri Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Dia dianggap sebagai tokoh terkuat kedua di rezim setelah Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei. Otoritas atas Iran, termasuk Khamenei, telah bersumpah akan membalas dendam dan mengatakan balas dendam dapat terjadi kapan saja.