REPUBLIKA.CO.ID, NIAMEY -- Perdana Menteri Niger Brigi Rafini mengatakan, 100 orang tewas dalam serangan ke desa-desa di bagian barat negara itu. Serangan ini menjadi serangan kelompok bersenjata paling mematikan di Niger.
Pada Senin (4/1) Rafini mengumumkan jumlah korban ini dalam pidato yang disiarkan di stasiun televisi nasional yang dilakukan di lokasi kejadian, desa dekat perbatasan dengan Mali. Ia tidak menyebutkan siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Sabtu (2/1) lalu, sumber keamanan Niger mengatakan, serangan tersebut menewaskan setidaknya 70 warga desa Tchombangou dan Zaroumdareye. Serangan diduga dilakukan kelompok milisi bersenjata yang berafiliasi dengan Alqaidah dan ISIS.
Kelompok yang berafiliasi dengan dua organisasi teror tersebut kerap menyerang Niger di wilayah perbatasan dengan Mali dan Burkina Faso. Kekerasan-kekerasan itu menjadi bagian dari krisis yang terjadi di kawasan Sahel, Afrika Barat.
Negara Barat seperti Prancis telah mengerahkan pasukan dan sumber daya mereka untuk menstabilkan kawasan tersebut. Niger juga menghadapi pembunuhan-pembunuhan yang terjadi atas konflik etnik yang dipanasi oleh kekerasan teroris dan kelangkaan sumber daya.
Serangan Sabtu lalu terjadi di hari yang sama saat komisi pemilihan umum mengumumkan hasil pemilihan putaran pertama pengganti Presiden Mahamadou Issoufou yang turun setelah satu dekade berkuasa. Kandidat partai berkuasa yang menjadi calon unggulan Mohamed Bazoum menyampaikan duka cita pada korban.
"(Serangan ini) mengingatkan kami semua kelompok teroris merupakan ancaman terhadap kohesi dalam masyarakat tidak seperti yang lain," katanya dalam video yang diunggah di media sosial.