Senin 04 Jan 2021 10:40 WIB

Perajin Tempe Surabaya Keluhkan Tingginya Harga Kedelai

Pembeli terpaksa memperkecil ukuran tempe karena mahalnya harga kedelai.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolandha
Para perajin tempe di Kecamatan Wonocolo, Surabaya, mengeluhkan harga kedelai impor yang terus mengalami lonjakan, seiring terjadinya kelangkaan
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Para perajin tempe di Kecamatan Wonocolo, Surabaya, mengeluhkan harga kedelai impor yang terus mengalami lonjakan, seiring terjadinya kelangkaan

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Para perajin tempe di Kecamatan Wonocolo, Surabaya, mengeluhkan harga kedelai impor yang terus mengalami lonjakan, seiring terjadinya kelangkaan. Tingginya harga kedelai diakui turut menghambat produksi tempe. Bahkan, ada beberapa perajin tempe yang terpaksa meliburkan produksi untuk sementara waktu.

"Ya sambat (mengeluh), kami prihatin juga, karena kebutuhan dan keperluan kan tetap berjalan. Naiknya kan juga tidak sedikit. Sekarang Rp 9.000 lebih (per kilogram)," kata Koordinator Paguyuban Tempe Wonocolo Surabaya, Sunoto (57), Senin (4/1).

Baca Juga

Noto menjelaskan, biasanya harga kedelai impor berada di kisaran Rp 7.500 per kilogram. Saat ini, harga per kilogramnya Rp 9.500. Hal ini, diakuinya sangat memberatkan karena menambah biaya produksi. Sementara pihaknya tidak bisa menaikkan harga tempe karena khawatir pelanggannya akan kabur.

"Kalau tiba-tiba menaikkan harga pasti pembeli akan lari dan banyak pelanggan yang kabur," ujar Noto.