REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebun Binatang Edinburgh, Skotlandia akan mengembalikan panda raksasanya ke China pada tahun depan atau 2022. Hal ini dikarenakan berakhirnya kontrak 10 tahun dengan pemerintah China. Kebun binatang tersebut juga mengalami tekanan keuangan selama pandemi Covid-19.
Kepala Eksekutif Hubungan Masyarakat di Kebun Binatang Ediburgh David Field, mengatakan harus mempertimbangkan dengan serius setiap potensi pengeluaran biaya perawatan panda tersebut pada masa pandemi seperti ini. Selain itu, kontrak panda raksasa dengan China juga akan berakhir.
"Penutupan Kebun Binatang Edinburgh dan Taman Margasatwa Highland selama tiga bulan karena Covid-19 memiliki dampak finansial yang besar pada kami. Sebab, sebagian besar pendapatan kami berasal dari pengunjung," katanya dikutip dari independent.co.uk, Senin (4/1).
Meskipun tamannya dibuka kembali saat ini tetapi ia mendapat kerugian sekitar 2 juta poundsterling atau Rp 38 miliar pada tahun lalu. Apalagi saat itu ada pembatasan jarak sosial dan batasan jumlah pengunjung.
“Kami telah melakukan semua yang kami bisa untuk melindungi keuangan kami dengan mengambil pinjaman pemerintah, mencurahkan staf jika memungkinkan, melakukan redundansi jika perlu dan meluncurkan seruan penggalangan dana," kata dia.
Ia menambahkan adapun dukungan yang diterima oleh pihaknya yaitu dari anggota dan pecinta hewan yang telah membantunya agar tetap membuka kebun binatang.
Dia mengungkapkan panda raksasa yang bernama Yang Guang dan Tian Tian telah membuat kesan yang luar biasa pada pengunjung. Selama sembilan tahun terakhir, panda ini membantu jutaan orang terhubung dengan alam dan menginspirasi mereka untuk tertarik pada konservasi satwa liar.
"Saya ingin mereka dapat tinggal selama beberapa tahun lagi bersama kami dan itu pasti tujuan saya saat ini. Nanti akan kami diskusikan lagi dengan pihak China," kata dia.