REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Produsen tahu dan tempe di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mulai berproduksi pascamogok produksi selama tiga hari sejak 1 sampai 3 Januari. Aksi mogok dipicu karena kenaikan harga bahan baku kedelai dari sebelumnya Rp7 ribu menjadi Rp9 ribu perkilogramnya.
Salah satu produsen tahu asal Desa Sepande, Sidoarjo, Muhammad Farid mengatakan akibat kenaikan harga bahan baku ini dirinya terpaksa menaikkan harga jual tahu ke pengecer. "Kalau dari kami selaku produsen setiap satu papan kami jual seharga Rp29 ribu dari harga biasanya sekitar Rp27 ribu," katanya di sela proses pembuatan tahu di Sidoarjo, Senin (4/1).
Farid mengatakan, dari satu papan itu kemudian dipotong sendiri sesuai dengan permintaan para pengecer tahu yang selanjutnya dijual ke masyarakat. "Biasanya satu papan dipotong menjadi 36 biji, sekarang dipotong menjadi 40 biji," katanya.
Farid berharap, harga kedelai bisa kembali normal seperti semula karena sejak pandemi berlangsung pihaknya sudah mengurangi jumlah produksi tahu miliknya. "Sebelumnya bisa mencapai 6 kuintal kedelai setiap harinya. Kini kami hanya mampu memproduksi tahu dengan bahan baku sekitar 4,5 kuintal kedelai setiap hari," ujarnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh produsen tempe asal Sepande Karlim yang mengaku jika adanya kenaikan harga kedelai ini dirinya meraup untung sedikit. "Dapat untung tapi tipis, semoga pemerintah bisa mencarikan solusi atas kejadian kenaikan harga kedelai. Kami berharap harganya bisa turun, kalau bisa di bawah Rp7 ribu perkilonya," katanya.